FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA SUB SEKTOR FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA
Abstract
Para investor biasanya lebih menyukai price earning ratio (PER) untuk digunakan dalam membantu mengidentifikasi harga saham undervalued atau overvalued sehingga investor dapat mengambil suatu keputusan dalam menghadapi fluktuasi harga saham yaitu untuk membeli saham yang undervalue dan menjualnya saat overvalue serta mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada
suatu periode tertentu. Akan tetapi harga saham yang terlalu tinggi tentu akan mempengaruhi likuiditas saham.
Penelitian ini menguji mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi price earning ratio (PER) Pada Sub Sektor Farmasi Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi yaitu perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI sejak tahun 2010 sampai dengan 2015 yang berjumlah 8 perusahaan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode sensus. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu total asset turnover, current ratio, return on assets serta satu variabel dependen yaitu price earning ratio. Metode analisa data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa total asset turnover (TATO) tidak berpengaruh terhadap price earning ratio (PER). Hal ini mengindikasikan tidak selalu perusahaan yang memiliki perputaran aset yang tinggi akan dilirik oleh investor, karena perusahaan yang memiliki TATO tinggi belum tentu efisien dalam penggunaan biaya operasional. Selanjutnya current ratio (CR) tidak berpengaruh   terhadap price earning ratio (PER). Hal ini mengindikasikan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menandakan perusahaan mampu membayarkan hutang jangka pendek, namun apabila likuiditas terlalu tinggi dapat mengakibatkan banyak dana yang mengganggur sehingga para investor tidak tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Kemudian return on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap price earning ratio (PER) pada sub sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mengindikasikan profitabilitas perusahaan
yang tinggi tidak selalu membagikan dividen kepada pemegang saham, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih memilih menambah persediaan atau menahan laba
untuk kepentingan pengembangan perusahaan sehingga para investor tidak tertarik berinvestasi di perusahaan tersebut.
Kata Kunci : Total Asset Turnover, Current Ratio, Return On Assets, Price Earning Ratio