Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Humanities, Bung Hatta University https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB en-US Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Humanities, Bung Hatta University REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM FILM NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO (STUDI SEMIOTIKA) https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB/article/view/24795 Film merupakan salah satu media untuk memperkenalkan budaya pada dunia luar. Jepang berhasil menyentuh kancah dunia melalui media film.salah Film Nihonjin No Shiranai Nihonggo merupakan salah satu film yang banyak mengusung tema budaya Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan budaya Jepang yang tergambar dalam film Nihonjin No Shiranai Nihonggo. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan metode simak catat. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya delapan budaya jepang yaitu penggunaan Furoshiki, permainan Hanafuda, Kendou, Shouryouuma, Kanji,natto, Tata Cara Minum The dan Ramalan Omikuji. Kesimpulannya adalah dalam budaya yang tergambar dalam film tersebut, bisa diketahui dan dipahami makna denotasi, konotasi dan mitos Milenia Sevtiani Dewi Kania Izmayanti Copyright (c) 2024 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2024-03-22 2024-03-22 1 3 BENTUK DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM KOMIK ONE PIECE VOLUME 105 KARYA EIICHIRO https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB/article/view/24879 Onomatope adalah kata yang mempresentasikan bunyi atau suara dari makhluk hidup, benda, dan menjelaskan aktivitas atau keadaan yang sedang terjadi. Onomatope sering digunakan pada karya sastra seperti komik. Komik mengandung gambar-gambar yang seolah-olah berbicara atau bergerak, memerlukan tiruan bunyi dan tindakan untuk menciptakan efek suara dan emosi. Tujuan penelitian ini membahas tentang bentuk dan makna onomatope dalam komik One Piece volume 105 karya Eiichiro Oda, yang menggunakan teori Akimoto untuk menganalisis bentuk pengulangan penuh, teori Oota untuk bentuk pengulangan perubahan bunyi, dan teori akutsu untuk bentuk penambahan imbuhan. Kemudian jenis makna menggunakan teori dari Akimoto. Penelitian ini terdapat 4 onomatope, yakni (1) onomatope giongo (tiruan bunyi benda mati), (2) giseigo (tiruan bunyi dari makhluk hidup), (3) giyougo (tiruan bunyi keadaan atau tingkah laku), dan (4) gijougo (tiruan bunyi keadaan hati atau perasaan). Sementara itu, jenis makna terdapat 10 macam, yaitu, (1) shizengenshou, (2) mono ga dasu oto, (3) doubutsu no nakigoe, (4) hito no koe/oto, (5) mono no ugoki, (6) mono no youtai/seishitsu,(7) hito no dousa, (8) hito no kenkou joutai, (9) hito no yousu/shinjou, dan (10) hito no shintaiteki tokuchou. Metode penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan bentuk dan makna onomatope pada komik One Piece karya Eiichiro Oda, Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan teknik simak catat, sementara itu untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik pilah unsur penentu (PUP). Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk pengulangan penuh lebih banyak digunakan, dan jenis makna lebih banyak menggunakan jenis makna onomatope hito no dousa (tiruan bunyi aktivitas dan pergerakan manusia) karena pengarang komik lebih cenderung kepada karakter yang menunjukkan tiruan bunyi pergerakan fisik, dan aktivitas manusia, sehingga makna tersebut mempermudah dalam memahami aksi dari setiap karakternya. Arif Fahmi Suhendra Syahrial Copyright (c) 2024 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2024-03-22 2024-03-22 1 3 BENTUK DAN MAKNA MAJAS HIPERBOLA DALAM LIRIK LAGU PADA MINI ALBUM MAKEINU NI ANKOURU WA IRANAI KARYA YORUSHIKA https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB/article/view/24882 Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang menggambarkan atau menceritakan suatu peristiwa dengan cara membesarkannya. Majas ini berusaha untuk memperlihatkan peristiwa tersebut dengan lebih dramatis, menarik, indah, dan sejenisnya. Jenis makna pada penelitian ini menggunakan makna pergeseran yakni gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian, penyinestesiaan, dan pengasosiasian sebuah makna kata yang masih hidup dalam satu medan makna. Penelitian ini membahas mengenai majas hiperbola dan makna pergeseran yang terdapat pada lirik lagu yang dinyanyikan oleh Yorushika dari mini album Makeinu ni Ankouru wa Iranai menggunakan teori Claridge dan Parera. Teori Claridge adalah majas hiperbola yang terbagi dalam 7 bentuk, sedangkan teori Parera adalah makna pergeseran. Penelitian ini terdapat 7 bentuk majas hiperbola yakni (1) Single-word Hyperbole (hiperbola satu kata). (2) Phrasal Hyperbole (hiperbola frasa). (3) Clausal Hyperbole (hiperbola klausa). (4) Numerical Hyperbole (hiperbola angka). (5) The Role of The Superlative (peranan superlatif). (6) Comparison (perbandingan). (7) Repetition (repetisi). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif untuk mendeskripsikan atau menjabarkan majas hiperbola dan maknanya pada lirik lagu Yorushika, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak catat dan untuk menganalisis data penulis menggunakan metode agih (BUL). Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Single-word Hyperbole (hiperbola satu kata) lebih banyak ditemukan pada kelas kata kerja dan makna pergeseran yang paling banyak ditemukan adalah makna konotasi Dwi Nur Prihandika Chaniago Syahrial Copyright (c) 2024 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2024-03-22 2024-03-22 1 3 BENTUK BUDAYA MALU DAN RASA TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT JEPANG PADA ABAD 20 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB/article/view/24901 Budaya malu merupakan budaya yang berlaku dalam masyarakat Jepang. Orang Jepang akan merasa malu bukan hanya ketika mendapat kritikan dari orang lain saja melainkan “wareware wo hajisasure no wa isshu tokubetsu no taushi de aru» yang berarti “ yang menimbulkan rasa malu itu adalah adanya perhatian khusus». Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran setiap generasi pada masyarakat Jepang, terdapat klasifikasi tiap generasi, yaitu baby boomers, generasi dan generasi . Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa apapun kesalahan yang dilakukan oleh pelaku yang dapat merugikan pihak lainnya sebagai bentuk rasa malunya, mengakui dan permintaan maaf sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya sangatlah dibutuhkan. Nurul Aini Dewi Kania Izmayanti Copyright (c) 2024 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2024-03-22 2024-03-22 1 3 INTERJEKSI PERASAAN TERKEJUT KANDOUSHI ODOROKI DALAM ANIME HORIMIYA https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFIB/article/view/25090 Kandoushi adalah salah satu kelas kata yang termasuk jiritsugo (kata yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna). Odoroki adalah jenis kandoushi yang digunakan untuk mengungkapkan keterkejutan terhadap suatu konteks situasi kepada lawan bicara. Kajian pada penelitian ini mengenai penggunaan kandoushi odoroki dalam Anime Horimiya dengan tinjauan pragmatik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Efek keterkejutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori keterkejutan dikemukakan Nita Kotoba Tsukaiwake Jiten (1991), dan dianalisis menggunakan teori efek keterkejutan setiap ungkapan kandoushi odoroki yang dilihat dalam segi konteks. mengelompokkan ungkapan kandoushi odoroki kepada 5 efek keterkejutan sesuai konteks situasi keterkejutan meliputi : odoroku, bikkuri suru, tamageru, kyougaku suru, dan kyoutan suru. Salsabila Haura Aramora Diana Kartika Copyright (c) 2024 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ 2024-03-22 2024-03-22 1 3