Kelas Sosial Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dan Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam: Kajian Intertekstual
Abstrak
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dilaila Setiawati, 2017. Skripsi. “Kelas Sosial Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dan Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam: Kajian Intertekstual”. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta, Padang.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur utama yang meliputi tema, penokohan, latar, dan plot, (2) kelas sosial, dan (3) hubungan intertekstual antara novel Gadis Pantai dan novel Para Priyayi. Teori yang dijadikan acuan dalam penelitian adalah teori kelas sosial dalam kebudayaan Jawa yang dikemukakan oleh Franz Magnis Suseno (1984) dan kajian intertekstual oleh Riffaterre (dalam Pradopo, 2007). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian adalah berupa kata, kalimat, ungkapan yang berkaitan dengan kelas sosial dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer (2003) dan novel Para Priyayi karya Umar Kayam (1992). Pengumpulan data dilakukan dengan cara (1) membaca novel Gadis Pantai dan Para Priyayi secara berulang-ulang, (2) mencatat kata, kalimat, ungkapan yang berkaitan dengan gambaran struktur, kelas sosial, dan hubungan intertekstual dalam kedua novel tersebut, (3) mengelompokkan data ke dalam tabel yang berkatan dengan gambaran struktur novel dan kelas sosial. Analisis data dilakukan dengan cara: (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan. Analisis data dan pembahasan, ditemukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, unsur intrinsik berupa (a) tema novel Gadis Pantai adalah tema kemanusiaan, sedangkan tema novel Para Priyayi adalah tema perjuangan, (b) tokoh utama novel Gadis Pantai adalah Gadis Pantai dan Bendoro, sedangkan tokoh utama novel Para Priyayi adalah tokoh Sastrodarsono dan Lantip, (c) novel Gadis Pantai menggambarkan latar waktu pada abad kesembilan belas, latar tempat di Kabupaten Rembang, latar suasana tegang, menakutkan, menyeramkan, dan bahagia, sedangkan novel Para Priyayi menggambarkan latar waktu pada tahun 1910, latar tempat, yaitu Wanagalih, Wanalawas, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta, latar suasana tegang, kalut, sunyi, dan bahagia, (d) alur yang terdapat dalam novel Gadis Pantai, yaitu alur maju, sedangan novel Para Priyayi beralur campuran. Kedua, dari kelas sosial tokoh-tokoh dalam kedua novel terdiri atas kelas priyayi dan kelas wongcilik, namun cara memperoleh status sosial dalam novel Gadis Pantai berdasarkan perkawinan dan keturunan, sedangkan dalam novel Para Priyayi berdasarkan perkawinan atau keturunan, perjuangan, dan pemberian masyarakat. Ketiga, terdapat hubungan intertekstual yaitu novel Para Priyayi menentang kelas sosial yang diceritakan dalam novel Gadis Pantai. Jadi disimpulkan bahwa novel Gadis Pantai menjadi karya hipogram sedangkan novel Para Priyayi yang menjadi karya transformasi.
Kata Kunci : novel Gadis Pantai, novel Para Priyayi, kelas sosial, kajian intertekstual, kebudayaan Jawa.