PENERAPAN STRATEGI REACT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 PADANG
Abstrak
ABSTRACT
This research aims to determine the understanding of mathematical concepts of class VIII SMP Negeri 29 Padang, whose studies apply REACT strategy better than understanding the concept of students who learn to implement regular learning. The type of research used is experimental research. The population in this study is all students of grade VIII SMP Negeri 29 Padang. Sampling classes were carried out randomly, resulting in sample classes in this study being students of grade VIII. 6 as an experimental class and a grade VIII. 5 Student as a control class. Based on the analysis of the final test data understanding of the student concept, after conducting the hypothesis test using the T-Test formula. Based on the price , then and that means H0 is rejected. The conclusion is the understanding of mathematical concepts of grade VIII students SMP Negeri 29 Padang which implements REACT learning strategy better than understanding the mathematical concept of students by applying regular learning.
Key Words : REACT, Concept Understanding
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu me-ngenai struktur-struktur dan hubungannya. Konsep dalam matematika bersifat hierarkis sehinga ketidak pahamanan terhadap konsep akan mengakibatkan kesulitan dalam memahami konsep selanjutnya. Pemahaman terhadap konsep merupakan kemampuan matematis yang lebih tinggi seperti penalaran, koneksi, komunikasi, representasi, dan pemecahan masalah. Berdasarkan Depdiknas (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Oleh sebab itu pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Pentingnya kemampuan pemahaman konsep dalam matematika adalah karena matematika mempelajari konsep-konsep yang saling terhubung dan saling ber-kesinambungan. Seperti yang diungkapkan Suherman (2003: p.22), “Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya.” Sehingga untuk dapat menguasai materi pelajaran matematika dengan baik maka siswa haruslah telah memahami dengan baik pula konsep-konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat dari konsep yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, salah satu syarat untuk dapat memahami materi pembelajaran selanjutnya dengan baik adalah memahami materi yang sedang dipelajari dengan baik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12,13,14, 16 dan 17 November 2018 SMPN 29 Padang terlihat bahwa pemahaman konsep matematika masih sangat sulit untuk dicapai karena proses belajar mengejar di dalam kelas masih berpusat pada guru. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan materi didepan kelas dan melakukan diskusi dan tanya jawab. Pada saat guru melakukan diskusi dan tanya jawab terlihat beberapa siswa yang terlibat aktif sedangkan yang lainnya masih melakukan aktifitas lain bahkan ada beberapa siswa yang tidak mampu menjawab dan hanya diam saja saat ditanya oleh guru. Setelah diskusi dan tanya jawab, guru memberikan contoh soal dan penyelesaikan didepan kelas. Ketika guru memberikan soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan sebelumnya siswa tidak bisa menyelesaikannya.
Penulis juga melakukan wawancara dengan guru matematika SMPN 29 Padang pada pada tanggal 14 November 2018 dan tanggal 18 Maret 2019, guru pernah mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk menemukan contoh dari materi yang diajarkan pada pengalaman hidup sehari-hari mereka sendiri dengan melakukan diskusi tanya jawab. Namun pada saat melaksanakan diskusi, guru tersebut mengatakan bahwa hanya beberapa siswa yang menanggapi sedangkan siswa lainnya sibuk cerita dengan teman sebangkunya.
Guru pernah melibatkan siswa dalam diskusi kelompok, dimana siswa diminta untuk mengumpulkan suatu permasalahan dan memecahkan permasalahan tersebut dalam bentuk latihan. Namun, dalam diskusi kelompok hanya sebagian kecil siswa yang aktif, akibatnya tidak semua anggota kelompok yang memahami dan menguasai tugas yang telah dikerjakan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena pembagian kelompok yang dilakukan guru tidak merata tingkat kemampuan akademiknya. Guru membagi kelompok berdasarkan tempat duduk siswa sehingga terkadang dalam suatu kelompok didominasi oleh siswa yang tingkat kemampuan akademiknya tinggi, sedang atau bahkan rendah.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa siswa di SMPN 29 Padang terungkap bahwa pada saat menyelesaikan soal matematika siswa tidak mampu memahami maksud soal dan kurang mengerti cara mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan siswa terhadap materi tersebut. Siswa juga mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat mengerjakan soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan guru, dikarenakan siswa kurang memahami dan mudah melupakam konsep yang diajarkan guru.
Kondisi pembelajaran tersebut mem-berikan pengaruh kepada hasil belajar matematika siswa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 : Jumlah dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Kelas VII Tahun Pelajaran 2018/2019 SMPN 29 Padang.
Kelas
Jumlah Siswa
Persentase Siswa
Tuntas 70
Tidak
Tuntas <70
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
VIII.1
29
0
0%
29
100%
VIII.2
27
0
0%
27
100%
VIII.3
32
0
0%
32
100%
VIII.4
31
0
0%
31
100%
VIII.5
30
0
0%
30
100%
VIII.6
28
0
0%
28
100%
VIII.7
30
0
0%
30
100%
VIII.8
28
0
0%
28
100%
VIII.9
29
0
0%
29
100%
Sumber. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Negeri 29 Padang
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh SMP Negeri 29 Padang adalah 70, maka dari tabel di atas dapat terlihat bahwa persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIII berdasarkan nilai ujian semester ganjil kelas VII SMP Negeri 29 Padang Tahun Pelajaran 2018/2019 tergolong masih rendah dan berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah.
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah dengan memberikan latihan-latihan soal agar siswa lebih terampil dan terbiasa dalam menjawab soal. Kemudian guru juga memberikan pekerjaan rumah kepada siswa agar siswa mengingat kembali materi yang diajarkan oleh guru guna memperdalam pemahaman konsep siswa. Namun kegiatan tersebut tidak terus menurus dilaksanakan guru, karna dalam pembelajaran guru memiliki target untuk menlanjutkan materi selanjutnya. Sehingga hal tersebut masih berdampak terhadap pemahaman konsep siswa disekolah dan pemahaman konsep yang diterima siswa belum optimal.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengadakan variasi proses pembelajaran, misalnya dengan menerapkan strategi pembelajaran REACT yaitu Relating (mengkaitkan), Experiencing (mengalami), Applying (menerapkan), Cooprating (bekerjasama), dan Transferring (men-transfer) yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk membangun pemahaman konsep siswa. Hal ini didukung oleh kelebihan yang di miliki Strategi pembelajaran REACT itu sendiri. Kemudian dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT ini juga dapat mengatasi permasalah guru, saat meng-kaitkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana penulis akan meng-kaitkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan alat bantu seperti gambar. Sehingga siswa tidak hanya disuruh menalar melainkan siswa juga mengetahui bentuknya. Selanjutnya pada permasalahan diskusi kelompok, penulis akan membagi kelompok secara heterogen hal ini dilaksanakan pada tahap Cooperating (bekerjasama).
Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual. Nurhadi (2002) dalam Rusman (2012: p.189) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang di-miliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangkan menurut Husna (2014: p.27) strategi REACT diyakini dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa karena pada pembelajaran dengan strategi REACT siswa tidak sekedar menghafal rumus, tetapi siswalah yang mengkonstruksi pengetahuannya dengan mengkaitkan konsep yang dipelajari dengan konteks yang dikenali siswa dan ikut aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari sehingga pembelajaran lebik bermakna.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: p.9) “Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”.
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Menurut Arikunto (2010: p.173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sampel adalah bagian dari populasi atau segala karakteristik populasi tercermin dalam sampel yang diambil. Menurut Arikunto (2010: p.174) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Pada penelitian ini populasi kelas VIII SMP Negeri 29 Padang terdiri dari 9 kelas, dan telah dianalisis didapatkan 5 kelas yang berdistribusi normal dan 4 kelas yang tidak berdistribusi normal. Lima kelas yang berdistribusi normal di uji homogenitasnya dan didapatkan hasil bahwa kelima kelas tersebut homogen dan mempunyai kesamaan rata-rata, maka setelah diambil secara acak, hasil yang didapat yaitu kelas VIII.6 sebagai kelas eksperimen dan VIII.5 sebagai kelas kontrol.
Pelaksanaan teknik analisis data tes akhir dilakukan dengan cara menentukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.
HASIL PENELITIAN
Data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa diperoleh melalui tes akhir pemahaman konsep yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah beberapa kali proses pembelajaran. Tes akhir yang digunakan terdapat beberapa indikator pemahaman konsep untuk melihat ke-mampuan pemahaman konsep siswa. Tes akhir ini diikuti oleh 28 orang siswa kelas eksperimen dan 30 orang siswa kelas kontrol. Tes yang diberikan berupa tes uraian (essay) yang terdiri dari 8 butir soal dengan waktu 2 x 40 menit. Data hasil tes akhir siswa pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2: Hasil Analisis Tes Akhir Pemahaman Konsep
Kelas
Jumlah siswa
Skor Max.
Skor Min.
Ekspe-rimen
28
94.44
47.22
73.22
13.70
187.59
Kontrol
30
91.67
41.67
65.46
15.40
237.15
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata pada kelas kontrol, yaitu 73.22 pada kelas eksperimen dan 65.46 pada kelas kontrol. Persentase ketuntasan siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMP Negeri 29 Padang untuk pembelajaran matematika kelas VIII dapat dilihat pada tabel berikut, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 70.
Tabel 3: Jumlah dan Persentase Ketuntasan Hasil Tes Akhir Pemahaman Konsep Siswa
Kelas
Nilai70
Nilai70
Jumlah Siswa
Perse-ntase (%)
Jumlah Siswa
Persen-tase (%)
Ekspe-rimen
10
35.71
18
64.29
Kontrol
17
56.67
13
43.33
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah dan persentase siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini menunjukkan pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen memberi pengaruh baik terhadap pemahaman konsep matematis siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa.
Analisis Data Tes Akhir
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil belajar berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji kenormalan data tes akhir pemahaman konsep digunakan uji liliefors. Uji normalitas dilakukan pada kedua kelas sampel dan didapat harga L0 dan Ltabel pada taraf nyata 0.05 seperti pada tabel berikut:
Tabel 4: Hasil Uji Normalitas Data Akhir Pemahaman Konsep
Kelas
Jumlah Siswa
L0
Ltabel
Eksperimen
28
0.0801
0.1658
Kontrol
30
0.1413
0.161
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hasil tes akhir yang mengandung indikator pemahaman konsep matematis siswa kedua kelas sampel berdistribusi normal.
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelas sampel memiliki variansi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas digunakan rumus uji F dengan hipotesis: H0: dan kriteria pengujiannya .
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan, didapatkan nilai Fhitung = 1.26 sedangkan nilai = 1.89 sehingga diperoleh Fhitung < F(0,05;29;27) yaitu 1.26 < 1.89 artinya kedua kelas sampel memiliki variansi homogen.
Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil tes akhir kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji t-test. Berdasarkan harga dibandingkan dengan dengan , pada taraf kepercayaan diperoleh : dan , maka dan artinya H0 ditolak dan terima H1. Kesimpulan yang diperoleh adalah pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Padang yang menerapkan strategi pembelajaran REACT lebih baik dari pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran biasa.
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap data hasil tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, diperoleh harga dan pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian dan dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Padang yang pembelajarannya menerapkan strategi REACT lebih baik dari pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran biasa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas sampel yang menunjukan adanya perbedaan. Hasil tes akhir kemampuan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen mempunyai rata-rata yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 73.22 pada kelas eksperimen dan 65.46 pada kelas kontrol.
Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik jika mereka dapat menunjukkan indikator-indikator pemahaman konsep. Dalam tes akhir pemahaman konsep pada penelitian ini, terdapat 4 indikator pemahaman konsep, yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil tes akhir dapat dilihat kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sudah meningkat, pada kelas eksperimen ada 18 orang yang mampu mencapai ketuntasan, dengan nilai terendah yang didapat siswa adalah 47.22. Sedangkan pada kelas kontrol ada 13 orang yang mampu mencapai ketuntasan, dengan nilai terendah yang didapat siswa adalah 41.67.
Penerapan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini dilihat pada proses pembelajaran dikelas eksperimen, pada tahap Relating, siswa dituntut untuk memahami konsep berdasarkan permasalahan yang diberikan guru dengan mengkaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam belajar matematika. Pada tahap ini guru mengkaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh dengan meggunakan alat bantu seperti gambar. Hal ini agar siswa lebih mudah untuk memahami contoh materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian pada tahap Experiencing dan Applying, siswa diberi LKS yang dapat membantu dan mengarahkan siswa untuk memahami, menyelesaikan permasalahan yang ada. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide-idenya sesuai dengan pemahaman sendiri. Kebebasan yang dimaksud adalah siswa diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban yang menurut mereka benar. Pada tahap mengalami dan menerapkan ini siswa akan terdorong agar mandiri dalam belajar. Pemahaman yang dimiliki siswa bergantung pada seberapa besar partisipasi siswa dalam belajar. Semakin aktif siswa dalam pelajaran semakin mudah siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
Pada kelas eksperimen setiap pertemuan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok tersebut diberikan LKS. Pada tahap Cooperating, siswa mengerjakan LKS harus berdiskusi secara berkelompok, hal ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan sikap menghargai, baik menghargai ide-idenya sendiri, maupun menghargai ide lain. Setelah mengerjakan LKS secara berkelompok, perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya (Transferring).
Pada saat perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya , terdapat kendala dimana siswa masih malu-malu dan masih sulit untuk menyampaikan mengenai hasil diskusi kelompoknya, sehingga siswa lain lebih banyak mengobrol dan tidak menanggapi presentasi temannya. Hal ini disebabkan kebiasaan siswa pada pembelajaran sebelumnya yang berpusat pada guru, siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang ditulis guru di depan kelas, mengerjakan soal yang mirip dengan contoh dan kurang interaksi antara siswa, sehingga mereka belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang belum dipahami.
Pada pertemuan selanjutnya mulai ada perubahan yang baik pada pemahaman konsep matematika siswa, hal ini dilihat dari hasil diskusi siswa. Siswa lebih aktif bertanya jika mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah atau kurang memahami materi. Siswa pun lebih berani mempresentasikan hasil diskusi ke-lompoknya di depan kelas dan siswa yang lain juga tidak ragu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Kendala lainnya dalam pelaksanaan penelitian ini, dimana hanya beberapa siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik, sedangkan siswa lain masih ada yang berjalan-jalan permisi keluar kelas, sehingga pertemuan pertama ini siswa belum bisa dikondisikan dan belum tercapai secara optimal. Kemudian saat pembagian kelompok pada kelas eksperimen untuk pertama kalinya, guru sulit untuk mengkondisikan kelas sehingga waktu pengerjaan LKS terpakai dan mengakibatkan pada tahap transferring atau menstransfer hanya beberapa perwakilan kelompok yang dapat memaparkan hasil diskusinya didepan kelas. Kendala tersebut disebabkan ter-batasnya kemampuan peneliti untuk me-nguasai kelas dengan baik.
Adapun kendala yang dihadapi di kelas kontrol, dalam proses pembelajaran peneliti menyampaikan materi pembelajaran dan memberikan beberapa contoh soal kemudian meminta siswa menjawab soal di papan tulis, namun siswa yang mau mengerjakan adalah siswa yang sama hampir pada setiap pertemuan. Pada kelas kontrol terdapat kekurangan peneliti yakni tidak adanya media bantu seperti LKS yang digunakan.
Meskipun dalam pelaksanaan pene-litian masih terdapat kendala dan ke-kurangan, tetapi secara umum pem-belajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT sudah berjalan dengan cukup baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang menerapkan strategi pembelajaran REACT lebih baik dari pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran biasa pada kelas VIII SMP Negeri 29 Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Husna, F.E. Dwina F. dan Murni D. 2014. Penerapan Strategi REACT dalam Meningkatkan Kemampuan Pe-mahaman Konsep Matematika Siswa Kelas X SMAN 1 Batang Anai. Jurnal Pendidikan Matematika, part 1 Vol (3) No (1):26-30.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja rafindo Persada.
Suherman, E. Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kon-temporer. Bandung: JICA-UPI.