MAJAS LOKALITAS MINANGKABAU DALAM KABA SITI KALASUN KARYA SYAMSUDDIN ST. RADJO ENDAH DAN KABA SI UMBUIK MUDO KARYA ILYAS PAYAKUMBUH

Penulis

  • Dekha Prima Rizkika
  • Gusnetti
  • Marsis

Kata Kunci:

Majas, Lokalitas, Minangkabau, Kaba Siti Kalsun

Abstrak

Di Minangkabau terdapat karya sastra yang menggambarkan unsur warna lokal. Warna lokal tersebut bertujuan sebagai wujud manifestasi pengarang dalam menghasilkan suatu karya sastra yang akan memperlihatkan setiap atau sebagian unsur masyarakat Minangkabau. Salah satu karya sastra yang menggambarkan unsur warna lokal Minangkabau ialah kaba. Kaba merupakan sastra lisan berbentuk prosa lirik yang sekarang telah mengalami transformasi ke dalam bentuk tulisan agar tradisi tidak hilang begitu saja. Kaba sebagai karya sastra lokalitas Minangkabau dikemas dengan berbagai ragam gaya bahasa majas (kiasan) yang digambarkan dengan penggunaan bahasa lokal Minangkabau asli dan memiliki susunan kata yang ritmis dan diselingi oleh pantun sehingga bahasanya indah. Hal tersebut dapat terlihat pada kaba Siti Kalasun karya Syamsuddin St. Radjo Endah dan kaba Si Umbuik Mudo karya Ilyas Payakumbuh yang ditulis oleh dua pengarang beretnis Minangkabau. Melalui pendayagunaan gaya bahasa majas, pengarang kerap kali menyembunyikan makna dibalik karyanya. Pemilihan bentuk majas tertentu di dalam karya sastra bertujuan untuk menambah variasi bahasa di dalam suatu karya. Pada kaba Siti Kalasun karya Syamsuddin St. Radjo Endah dan kaba Si Umbuik Mudo karya Ilyas Payakumbuh yang dituliskan oleh pengarang yang berbeda, tentu penggunaan majas yang digunakan akan berbeda. Gaya bahasa majas ini terbagi atas dua, yakni: (1) perbandingan dan (2) sindiran. Majas perbandingan meliputi metafora, personifikasi, simile, metonimia, alusio, sinekdoke, epitet, dan eponim. Sementara, majas sindiran meliputi ironi, sinisme, sarkasme, satire, innuendo dan antifrasis. Peneliti memilih kaba Siti Kalasun dan kaba Si Umbuik Mudo sebagai objek penelitian karena pada kaba Siti Kalasun dan Si Umbuik Mudo menggambarkan dua sosok perempuan Minangkabau yang berbeda sifatnya tetapi jalan ceritanya masih tentang pernikahan, perselisihan, harta, budaya dan sosial. Selain itu, pada kaba Siti Kalasun dan kaba Si Umbuik Mudo menganut sistem matrilineal, yang ditandai adanya hubungan kedekatan antara ibu dan anaknya. Kaba Siti Kalasun dan kaba Si Umbuik Mudo berpotensi menggunakan gaya bahasa yang mencirikan kebiasaan masyarakat Minangkabau yang menyatakan sesuatu tidak secara langsung, tetapi dengan kata kiasan.

Referensi

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo: Cakra Books Solo.

Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Frida Nugrahani. 2017. Pengkajian sastra. Jakarta: Djiwa Amarta Press.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press.

Endah, Syamsuddin St. Radjo. 2018. Kaba Siti Kalasun. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya

Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Payakumbuh, Ilyas. 2018. Kaba Si Umbuik Mudo. Bukittinggi: Kristal Multimedia.

Fikri, Hasnul. 2017. “Figure of Speech Minangkabau Locality In Carito Minang Kini By Hakimah Rahmah S. In Padang Ekspress”. Humanus, 16(2): 145-162.

Isnanda, Romi. 2018. “Sastra Lisan Sebagai Cerminan Kebudayaan dan Kearifan Lokal Bagi Masyarakat”. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah, 3(2): 500-503.

Yunengsih, Yesi Anggraini. 2019. “Majas Lokalitas Minangkabau dalam Novel Bako Karya Darman Moenir”. Skripsi Padang: FKIP Universitas Bung Hatta.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2020-10-31