UANG JEMPUTAN PADA NOVEL AKU TIDAK MEMBELI CINTAMU KARYA DESNI INTAN SURI DENGAN NOVEL MAHAR CINTA GANDORIAH KARYA MARDHIYAN NOVITA M.Z (SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL)
Abstrak
Sastra bersumber dari kehidupan masyarakat sehingga dapat mengungkapkan kenyataan-kenyataan dan menggambarkan masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selain menggambarkan masyarakat berinteraksi antarsesama, karya sastra seperti novel juga menggambarkan nilai budaya yang dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Novel yang diteliti ini menceritakan tentang kebudayaan yang ada di Pariaman yaitu budaya tradisi uang jemputan, dimana masih banyak pemuda Pariaman yang tidak menginginkan adanya tradisi uang jemputan ini karena tradisi ini mengharuskan pihak perempuan menyediakan uang untuk pihak laki-laki yang akan menikah. Permasalahan uang jemputan ini dilihat pada dua novel untuk dibandingkan dan dilihat hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tema, alur, penokohan dan, latar, eksistensi uang jemputan, serta hubungan intertekstual antara novel Aku Tidak Membeli Cintamu karya Desni Intan Suri dengan novel Mahar Cinta Gandoriah karya Mardhiyan Novita M.Z. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan, di dalam novel banyak mengandung makna-makna kehidupan manusia dengan lingkungannya1). Karya sastra seperti novel harus memperhatikan unsur yang dapat membangun yaitu unsur instrinsik yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan gaya bahasa, serta unsur ekstrinsik yang mengandung nilai sosial, budaya dan agama2). Novel yang akan peneliti teliti ini berasal dari daerah Pariaman yang menceritakan tentang kebudayaan yang ada di Pariaman. Novel Aku Tidak Membeli Cintamu karya dan novel Mahar Cinta Gandoriah, dimana kedua novel ini menggambarkan bahwa masih banyak pemuda Pariaman yang tidak menginginkan adanya uang jemputan. Uang jemputan adalah sejumlah uang atau barang yang dibayarkan pihak perempuan kepada pihak laki-laki sebelumnya dilangsungkan upacara perkawinan3). Pada penelitian ini juga meneliti tentang kajian intertekstual yaitu mencari hubungan persamaan dan perbedaan antara kedua novel. Intertekstual adalah pendekatan dalam menganalisis karya sastra yang bertujuan untuk menemukan hubungan yang bermakna antara dua teks atau lebih4). Masalah tradisi uang jemputan sudah pernah diteliti Hafizah (2017) dengan judul “Tradisi Uang Japuik dan Uang Ilang dalam Sistem Perkawinan di Nagari Tandikek Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman”5). Penelitian tentang hubungan intertekstual antarnovel juga pernah dilakukan peneliti lain, yaitu oleh Hariya Oktaviany, Totok Priyadi dan Sesilia Seli (2018), dengan judul “Kajian Intertekstual pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara”6).Referensi
Ma’ruf, Ali Imron dan Nugrahari, Farida. 2017. Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi. Surakarta: Djiwa Amarta Press.
Emzir dan Rohman, Saifur. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali.
Suwondo, Bambang. 1978. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Barat. Sumatera Barat: Departemen P. dan K.
Endraswara, Suwardi. 2011. Sastra Bandingan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Hafizah. 2017. “Tradisi Uang Japuik dan Uang Ilang dalam Sistem Perkawinan di Nagari Tandikek Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman”. e-Jurnal.stkip-pessel.ac.id. Volume2 Nomor 1, Maret, hlm 3.
Hariya Oktaviany, Totok Priyadi, dan Sesilia Seli.2018. “Kajian Intertekstual pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara”. e- Jurnal.FKIP-Tanjungpura.