https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/issue/feedABSTRACT OF UNDERGRADUATE RESEARCH, FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY, BUNG HATTA UNIVERSITY2024-09-10T11:05:56+00:00ariefrinolaminoviaariefrinolaminovia@yahoo.comOpen Journal Systemshttps://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26531ANALISA KEKUATAN TARIK BAJA AISI 1045 DENGAN VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN DAN PERLAKUAN TEMPERING 2024-09-05T06:36:23+00:00Adam alganiadamalgani@gmail.comBurmawi alganiburmawi@bunghatta.ac.idKualitas yang baik dari logam bisa menjadi kunci primer pada industri logam yang maju serta berkembang pesat. Baja, sebagai logam yang paling banyak dipergunakan, masih menjadi favorit pada permesinan. Dalam penggunaan baja poros, seringkali terdapat beberapa kendala yang dihadapi, seperti patah akibat beban berlebih atau beban kejut yang terus-menerus, yang mengakibatkan umur pakai yang terbatas dalam waktu yang lebih singkat. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis kekuatan tarik Baja AISI 1045 menggunakan perlakuan temper, normalizing, dan holding time agar bisa diaplikasikan dalam bidang kontruksi.Penelitian ini mengunakan pengujian tarik yang dilakukan di laboratorium material dan metalurgi fisik.Dapat terlihat pada grafik, dimana nilai tegangan tertinggi terletak pada (Raw Material) dengan nilai tegangan 367,3 MPa,2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26537PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN DAN PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 1045 2024-09-05T06:43:44+00:00Andikaandikaandika165@gmail.comBurmawiburmawi@bunghatta.ac.idAISI 1045 steel is a commonly used material in the machinery and construction industry, known for its resistance to wear, acid, and corrosion, as well as toughness. Motorcycle axles are often affected by external factors in their applications. This study used AISI 1045 steel specimens with heating temperatures of 723 ℃, 800 ℃, and 900 ℃ with a holding time of 60 minutes and continued with tempering at 400 ℃ for 120 minutes. This study aims to determine the tensile strength value of AISI 1045 steel in the application of motorcycle axles. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26542PENGARUH PARAMETER PROSES PEMBENTUKAN TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BIO-KOMPOSIT SERAT KENAF/EPOKSI 2024-09-05T06:51:18+00:00Afdal Zakhyafdalzhaky@gmail.comhendra Suhermanhenras@bunghatta.ac.idKomposit memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam mobil maupun industri. Selain dari serat sintetis, komposit juga menggunakan serat tumbuhan seperti serat kenaf. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh karakteristik mekanik dari bio-komposit resin epoxy/serat kenaf dengan orientasi serat horizontal dan acak melalui metode compression molding. Hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa komposisi 20:80wt% adalah yang terbaik, namun kemudian diubah dengan menambahkan serat berpengisi kedua dengan panjang 1cm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi 17,5/2,5/80%, 15/5/80%, 12,5/7,5/80%, dan 10/10/80% memiliki tegangan lentur yang bervariasi, dengan komposisi 17,5/2,5/80% memiliki tegangan lentur tertinggi sebesar 70,5 MPa. Nilai kekerasan paling tinggi ditemukan pada komposisi 17,5/2,5/80% dengan nilai 99,1, sementara nilai kekerasan terendah ditemukan pada komposisi 15/5/80% dengan nilai 98,8. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dan proses pengolahan berpengaruh pada sifat mekanik bio-komposit.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26552Pengaruh Aliran Counter Flow – Pararel Flow Terhadap Performance Mesin Pendingin Mini Water Chiller-R322024-09-05T07:18:13+00:00lazuardi Abdillahlazuardiabdil@gmail.comsuryadimalsuryadimal@bunghatta.ac.idMesin pendingin Water Chiller sebagai sebuah sistim primer dimana air dengan kapasitas tertentu dialirkan menyilang megenai evaporator mesin pendingin sistim kompresi uap agar temperatur air turun drastis kemudian air dingin yang tercipta disirkulasikan oleh pompa kedalam sebuah sistim sekunder yang mempunyai heat exchanger dengan aliran menyilang supaya mampu menurunkan temperatur udara yang dihembuskan oleh blower sentrifugal. Air dengan temperatur rendah yang dihasilkan tersebut kemudian disalurkan melalui Fan Coil Unit untuk melihat performance mesin pendingin water chiller. Penelitian bertujuan untuk menganaslis kinerja sebuah mesin pendingin yang dipengaruhi oleh berbagai faktor temperatur, tekanan, laju aliran masa fluida, koefisien perpindahan kalor dan kecepatan udara pendinginan relatif dikondensor serta exergy.Metodologi yang digunakan berdasarkan prinsip kerja sebuah mesin pendingin kompresi uap untuk sistim primer dan sistim Fan Coil Unit (FCU) sebagai sistim sekunder.Hasil penelitian menunjukan bahwa kerja kompresor hermitic akan bertambah dengan meningkatnya laju penyerapan masa fluida air di Fan Coil Unit.Penurunan penyerapan energy dalam bentuk kalor pada kondesor dari sisi fluida pendingin jika laju masa fluida meningkat tajam. Perbandingan Kalor Sensible Air terhadap Udara mengalami trend penurunan dengan bertambahnya aliran fluida.Rata rata distribusi temperatur air berkisar 11 OC dan udara rata rata 7 OC. Pada laju aliran maksimum efisiensi minimum yakni 39,7 %.Sehingga besarnya perpindahan kalor tergantung pada perbedaan temperatur pada fluida itu sendiri yang dipengaruhi oleh kalor jenis fluida dan kalor maksimum.Kenaikan nilai exergi seiring bertambahnya temperatur air , pada temperatur air setting 0 OC exergi yang diperoleh sebesar 5,4 kJ/kg K dan temperatur 6 OC sebesar 7,24 kJ/kg K. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26555ANALISA SISTIM PENGASAPAN IKAN MODEL TRADISIONAL DAN KOLEKTOR SURYA TEHADAP PERPINDAHAN KALOR2024-09-05T07:23:51+00:00fahru Murdionofahrumurdiono@gmail.comsuryadimal Murdionosuryadimal@bunghatta.ac.idComparing the oven dryer system and solar collector to produce better and hygienic primary fish drying. Knowing the temperature distribution in the Dryer room and the coefficient of transferring heat convection in the Dryer room. Getting the performance of the dryer with the oven system and solar collector. The first tool uses a traditional brick stove with dimensions of 1.2 x 1.7 m, wood and charcoal fuel, stainless steel wall material and the use of exhaust fans for air circulation, the heat transfer mode is only indoor convection. The second tool is a solar collector system. The average hourly variation of the dryer and ambient temperature was measured on a selected day on a different day of the month of measurement during both seasons. The heat transfer modes calculated were forced convection and radiation only. Drying is a traditional fish preservation method. Fresh fish contains up to 80% air and is a highly perishable material. When the moisture content is reduced to 25% (wb), pollutants cannot survive and autolytic activity is greatly reduced. Moisture loss Daily moisture loss, estimated as 𝑀L from Eq. However, to prevent mold growth during storage, the air content must be reduced to 15%. Tropical fish species can generally withstand temperatures of 45 to 50.8C before the protein undergoes denaturation or the preservation process begins. Temperature distribution on the collector plate, air flow, air in the smoking rack space. It can be seen that the air temperature on rack 1 is the highest, then the air temperature on rack 2 and the temperature of the collector plate number three is low. However, the air temperature entering the collector has the lowest. At 8.30 it can be seen that the air temperature is 29.24 C, the plate temperature is 33.2 C, the air temperature on rack 2 is 33.53 C and the air temperature on rack 1 is the highest at 34.2 C. While in the afternoon at 16.00 the air temperature is 32.6 C, the plate temperature is 52.6 C, the air temperature on rack 2 is 58.6 C and the air temperature on rack 1 is the highest at 61.3 C. The large percentage increase is caused by the increasing intensity of the sun, namely from the study 66.6 The intensity of the sun increases from 08.30, namely 310.4 W/mC until 14.00 reached 643.7 W/m2 and from 14.00 to 16.00 there was a decrease in intensity. At 16.00 it dropped again to 494.62 W/m2. From 8.30 to 14.00 WIB the increase in radiation intensity was 66.6% and there was another decrease in solar intensity of 22.91%.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26557ANALISA KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS MEYELURUH DAN PERFORMANSI ALAT PENGASAPAN IKAN SALAI LELE2024-09-05T07:28:38+00:00Muhammad Alfarizimalfarizi@gmail.comsuryadimal Murdionosuryadimal@bunghatta.ac.idIndonesia memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang berlimpah dengan beragam spesies ikan. Selain itu, lele juga kaya akan nutrisi, mengandung 12 gram protein, 149 kalori, 8,4 gram lemak, dan 6,4 gram karbohidrat per 500 gram. Oleh karena itu, lele sangat populer di Indonesia. Bagaimana cara meningkatkan efisiensi alat dalam proses pengasapan modern untuk menghasilkan ikan secepatnya dengan waktu yang lebih singkat. Untuk mengetahui efesiensi dan koefisien (u) alat dalam energi pengasapan ikan modern asap yang lebih singkat.Tempat pelaksanaan proposal dan perancangan yang dibutuhkan di kampus III Universitas Bung Hatta pada perkuliahan di semester ganjil tahun 2023/2024.perubahan laju laju terhadap kalor dengan bertambahnya waktu mempunyai tren naik , pada 15 menit pertama perpindahan kalor yang mencapai 28,8 W dan mencapai nilai tertingi pada menit ke 180 (3jam) yakni 1007 W. Parsentase kenaikan kalor sebesar 71,4 % , hal ini dapat dipastikan karena dengan bertambahnya waktu pemanasan maka kalor yang diberikan juga akan bertambah. Tampilkan pengaruh perubahan waktu terhadap distribusi suhu pada tungku pembakaran, rak di dalam ruang bakar, cerobong asap, exhaust fan, dan udara. Semakin bertambahnya waktu tren suhu tungku dan ruang bakar semakin turun dari awal hingga akhir proses.Terlihat pada gambar suhu tungku pada menit 15 mendekati 106 Celsius turun pada menit ke 180 menjadi 66 Celsius atau rata rata 90,8 Celsius. Jadi pula suhu rata rata rak 1 adalah 87,5 C, suhu rak 2 adalah 83 Celsius dan rak 3 turun menjadi 77,2 Celsius sehingga rata rata keseluruhan mendekati 82,3 Celsius. Namun jika dilihat distribusi suhu cerobong rata rata 34 Celsius dan udara mengalami penurunan juga dengan rata rata 36,7 celsius.Perubahan waktu terhadap laju kalor dimana bertambahnya waktu kecenderungan laju kalor naik , pada 15 menit pertama perpindahan kalor yang mencapai 28,8 kW dan mencapai nilai tertingi pada menit ke 180 yakni 1007 kW. Parsentase kenaikan kalor sebesar 71,4 % , hal ini dapat dipastikan karena dengan bertambahnya waktu pemanasan maka kalor yang diberikan juga akan semakin bertambah. Efisiensi pengeringan yang diperoleh pada kecepatan udara 1,2 m/s sebesar 68,65 % dan ketika terjadi penurunan kecepatan udara menjadi 0,8 m/s efisiensi rata rata naik menjadi 81,83 % hal ini diperkirakan kalor yang diserap semakin besar. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26560Pengaruh Penambahan Zat Aditif Pada Bahan Bakar Biosolar Terhadap Kinerja Motor Diesel, Exergy, dan Gas Buang2024-09-05T07:33:29+00:00farel Agusrifarelagusri@gmail.comsuryadimal Murdionosuryadimal@bunghatta.ac.idMotor diesel yang diteliti merupakan motor bakar jenis diesel 4 langkah yang terdapat di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Bung Hatta Padang. Kinerja motor bakar yang dihitung sebagai berikut; Torsi dan Daya, Konsumsi bahan bakar spesifik, Efisiensi, Energi bahan bakar dan Eksergi.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui nilai energi dan eksergi yang dihasilkan dan efisiensi energi dan eksergi pada motor diesel 4 langkah. Metodologi Pengujian Peformansi Motor Diesel dengan menggunakan mesin motor empat langkah tipe Daihatsu.Pada pengujian ini, akan diteliti peformansi motor bakar yang dilakukan pada 3 tingkat putaran mesin, yaitu 1200, 1600, 2000, serta variasi beban 3 kg dan 4,5 kg.Dengan mencampur bio solar dengan zat additive terjadi peningkatan AFR dari putaran mesin 1200 hingga 2000 rpm. Mencampur biosolar dengan Wurth terjadi penghematan pemakaian bahan bakar murni, penghematan terbaik jika dicampur ½ (150 mL) antara Wurth dengan 30 L biosolar. Emisi gas buang HC bio solar dengan campuran wurth ½ (150 mL) mencapai rata rata 22,4 % lebih ramah HC pada putaran 1200 rpm. Campuran wurth ½ (150 mL) mencapai rata rata 13,1 % lebih ramah CO pada putaran 1200 rpm.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26561KAJIAN PENGARUH PACK CARBURIZING DENGAN SUMBER KARBON ARANG BAMBU TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA AISI 10402024-09-05T07:37:33+00:00Alesandro Chiesaalesandrochiesa@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan dan struktur mikro baja AISI 1040 setelah dilakukan pack carburizing. Bagaimana pengaruh variasi temperatur pada proses pack crburizing terhadap nilai kekerasan dan struktur mikro baja AISI 1040.Untuk melihat pengaruh penambahan karbon melalui proses pack carburizing terhadap nilai kekerasan dan struktur mikro dari baja AISI 1040.Dapat dilihat perubahan warna pada hasil foto struktur mikro tiap-tiap- suhu masing-masing. Dilihat karbon yang masuk lebih banyak terjadi pada suhu 1000°C, dibandingkan dengan suhu 800°C,900°C dan bahan mentah. Dapat dilihat pada grafik, dimana nilai kekerasan tertinggi terletak pada suhu 1000 ºC dengan nilai 50,53 HRA, dan dapat dilihat nilai kekerasan terendah terletak pada ( bahan baku ) dengan nilai 30,2 HRA. Kekerasan tertingi terletak pada temperatur 1000°C. Suhu karburasi optimal untuk meningkatkan kekerasan baja AISI 1040 yaitu pada temperatur 1000°C dengan rata – rata 50,53 HRA yang mengalami kanaikan sebesar 67,32% dari raw material. Dari hasil uji struktur mikro pada spesimen yang telah dilakukan proses pack carburizing dapat dilihat karbon yang lebih banyak pada suhu 1000°C. Hal tersebut menandakan bahwa proses pack carburizing menyebabkan penambahan unsur karbon yang membuat kekerasannya meningkat pada bagian permungkaan spesimen.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26567PENGARUH QUENCHING TERHADAP SPRINGBACK BAJA AISI 1040 DENGAN PROSES V-BENDING 2024-09-05T07:49:52+00:00Fajar Chandrafajardchandra@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idPembengkokan atau bending adalah proses pengubahan bentuk pelat logam pada alat press dengan cara menekan pelat tersebut dengan alat pelubang hingga membentuk lengkungan yang diinginkan sesuai bentuk cetakan. Springback dapat didefinisikan sebagai peningkatan elastis suatu produk yang terjadi ketika beban eksternal dihilangkan. springback akan dipengaruhi oleh dimensi material, radius punch, sudut die dan perlakuan panas pada material.Proses pengambilan data dimulai dari landasan teori, lalu mempersiapkan spesimen yang akan diuji yaitu material plat baja aisi 1040 (Material tanpa HT dan dengan HT). Kemudian dari beberapa spesimen tersebut dilakukan proses perlakuan panas quenching, setelah dilakukannya proses perlakuan panas, material tersebut akan di uji Tarik guna untuk melihat sifat mekanik dari material tersebut setelah dilakukannya perlakuan panas. Setelah material persiapan selesai dipersiapkan, Material akan dilakukan proses V-Bending untuk melihat Springback yang dihasilkan. Perbandingan nilai rata-rata springback raw material dan quenching terhadap sudut berbeda, diperoleh data dengan nilai springback tertinggi pada quenching sudut die 85° dengan nilai springback 0,985 selisih rata-rata 1,23° dari sudut die, dan nilai springback terendah pada sudut raw material die 80° dengan nilai springback 0,890 selisih rata-rata sudut 9,83° dari sudut die. Semakin tinggi nilai springback yang mendekati 1 maka semakin rendah selisih sudut springback. Dari dua jenis material yaitu raw material dan perlakuan panas quenching dengan temperatur 830° dan media quenching oli Prima XP 20w-50 pada material baja aisi 1040, diperoleh hasil bawasannya perlakuan panas sangat berpengaruh pada faktor springback. pada bahan baku kekuatan Tariknya 310 Mpa dan Modulus elastisitasnya 200 Gpa sedangkan pada Material Perlakuan panas quenching terjadi peningkatan menjadi 450,3 Mpa dan Modulus elastisitas 306,7 Gpa, hal ini membuat material bertambah. Sedangkan dari variasi sudut die 80°,85°,90° pada proses v-bending, diperoleh hasil yaitu nilai springback tertinggi pada material quenching sudut die 85° dengan nilai springback 0,985 1 selisih sudut yang kecil yaitu 1,23° dari sudut die, sedangkan nilai springback terendah diperoleh pada raw material dengan nilai 0,890 1 selisih sudut 9,83°. Kata Kunci : Springback,V-Bending, Quenching.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26708RANCANGAN BANGUN TURBIN ULIR TIPE ARCHIMEDES UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK 2024-09-06T01:53:32+00:00zulfadlizulfadli@gmail.comsuryadimalsuryadimal@bunghatta.ac.idResearch Objectives Design and create a screw turbine tool with a screw-type turbine blade angle on a channel with a low pressure head. To be able to analyze the power generated according to the effect of the angle value on the pressure head and rotation. A hydraulic machine that converts hydraulic energy into mechanical energy is called a turbine, while a hydraulic machine that converts mechanical energy into hydraulic energy is called a pump. In Indonesia, there are many potential sources of water energy with a very low head or height (3 meters) that have not been widely used as energy sources due to the availability of technology that can utilize it. therefore, it is necessary to develop technology that can manage the potential of water energy sources with low heads. The type of turbine that is suitable for use at very low altitudes is the screw turbine type. Data on the design of the Archimedes turbine with a turbine angle of 15 °, a screw angle of 22 °, a turbine rotation speed of 31 RPM, a turbine diameter of 7 cm, a turbine shaft diameter of 2.3 cm, a turbine length of 77 cm, a turbine pitch of 24.38 mm, a turbine efficiency of 0.99, a river power potential of 280 watts, a turbine power design of 192.48 watts, a generator capacity of 500 watts. From the survey of water potential and head data, design calculations were carried out and technical specifications were produced and a screw type turbine tool product was produced. Initial data obtained were water potential with a speed of 0.9 m / s and a flow rate of 0.144 m3 / s at low head so that the water power potential was 280 Watts. After calculations were carried out by considering various technical factors, a Screw Turbine Specification was produced.. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26709KAJIAN EKSPERIMENTAL SIFAT MEKANIK KOMPOSIT DARI SERBUK KULIT KAYU BALIK ANGIN UKURAN 100 MICROMETER DENGAN POLYESTER2024-09-06T01:59:44+00:00Dedek Purnomodedekpurnomo@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idIn recent years, the use of natural fibers as a reinforcing medium that can replace synthetic fibers has experienced rapid development in composite materials. The negative effects of synthetic fibers whose waste is difficult to recycle and pollute the environment also encourage the use of natural fibers. So, using natural fibers that are good for the environment is a good idea to protect the environment. The aim of this research is to obtain tensile and bending strength values for the composite material of windwood bark powder with polyester resin. This was done by means of tensile testing and bending testing to find out test result data From the tensile test results, there is a relationship between the fraction of wind-blown bark powder in composition and the stress, strain and modulus of elasticity. Increasing the fraction of wind-blown bark powder resulted in a decrease in stress, strain and modulus of elasticity. This shows that the flexural strength of wind-blown bark powder is not optimal, as can be seen from the lower flexural strength values in the composition using this powder. The composition without air-turned sawdust had the highest flexural strength, while the composition with the 20:80% fraction had the lowest flexural strength, although there was an increase in the 30:70% composition. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26710“ANALISA PENGARUH REDUKSI TERHADAP KEKUATAN TARIK KAWAT Ti6AI4V DALAM PROSES WIRE DRAWING DENGAN PELUMASAN OLI”2024-09-06T02:04:23+00:00iqbaliqbal@bunghatta.ac.idTi–6Al–4V is known as a mainstream biomedical titanium alloy for a long time. New types of alloys such as Ti– 6Al–7Nb and Ti–5Al–2.5Fe. However, it has recently been developed due to the problem of elemental toxicity in the Ti–6Al–4V alloy and the development of the required performance of the alloy. The effect of lubrication using the constant speed drawing method on the mechanical properties of titanium wire in the wire drawing process is why it is necessary to carry out a wire drawing test. In the wire pulling process, there are test results that the mechanics of Ti6AI4V wire with oil lubrication on the tensile strength are the lower the wire pulling speed during the pulling process. Tensile test break results (a) Specimen 1 reduction 1.9 has an elongation of 6,4% and a yield stress of 1013.78 N/mm2. (b) Specimen 2 with 1.8 reduction has an elongation of 7,6% and a yield stress of 1021.59 N/mm2. (c) Specimen 3 with 1.7 reduction has an elongation of 8,4% and a yield stress of 952.89 N/mm2. It can be concluded that control of the wire drawing speed in the reduction process has a significant impact on the mechanical properties of Ti6AL4V wire. The lower the drawing speed, the higher the mechanical properties, however, the ductility of the wire will decrease.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26712STUDI KARAKTERISTIK KOROSI PIPA DISTRIBUSI MINYAK MENTAH DARI TANGKI KE HEAT EXCHANGER PADA KILANG MINYAK PT.PERTAMINA RU.II SUNGAI PAKNING2024-09-06T02:09:40+00:00ridho permadiridhopermadi25@gmail.comedi septeedi.septe@bunghatta.ac.idIndustri perminyakan mengandung berbagai macam lingkungan yang dapat menimbulkan korosi,terutama pada system pemipaan yang berakibat fatal jika terjadi korosi yang menyebabkan kebocoran.Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian menggunakan material yang sama dalama sisitem transportasi berupa carbon steel pipe API 5L Grade X42 dan larutan uji berupa crude oil. Pengujian dilakukan selama 144 jam,216 jam,288 jam dan 312 Jam. Setelah melakukan pengujian yang dilakukan selama 144,216,288,360 jam,dapat melihat specimen yang lebih lama terpapar crude oil dengan temperature yang konstan sebesar 40 oC dan semakin tinggi tekanan pada pemaparan maka korosinya juga semakin besar. Waktu sangat mempengaruhi dari laju korosi tersebut,dengan kata lain semakin lama kita lakukan pengujian pada specimen,makal laju korosi nya juga akan lebih besar. Laju korosi yang terjadi pada pipa distribusi minyak mentah untuk specimen A memiliki nilai laju korosi rata-rata 1,15 mmpy,specimen B rata-rata bernilai 1,02 mmpy,specimen C rata-rata bernilai 0,96 mmpy dan specimen D rata-rata bernilai 1,07 mmpy. Dari hasil laju korosi yang didapat berdasarkan tabel 2.1 maka ketahanan spesimen terhadap laju korosi adalah Fair.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26713ANALISIS SPRINGBACK PADA PROSES V-BENDING BAJA ST 37 DENGAN PENERAPAN HEAT TREATMENT QUENCHING”2024-09-06T02:17:09+00:00Gima Ibrahimgimaibrahim@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idPenelitian ini menganalisis fenomena springback pada proses V-Bending baja ST 37 dengan penerapan perlakuan panas quenching. Baja ST 37, yang mengandung kadar karbon 0,15%, dipilih sebagai material uji. Springback adalah perubahan bentuk elastis yang terjadi setelah proses pembengkokan logam, yang dapat memengaruhi kualitas produk akhir. Dalam studi ini, dilakukan eksperimen menggunakan material baja ST 37 yang diberi perlakuan panas quenching untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap tingkat springback. Metode yang digunakan melibatkan uji coba V-Bending pada sudut yang berbeda (80˚, 85˚, dan 90˚) serta penggunaan oli sebagai media pendingin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan panas quenching secara signifikan mengurangi tingkat springback pada baja ST 37, sehingga menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26715KAJIAN PENGARUH CARBURIZING TERHADAP SPRINGBACK MENGGUNAKAN PROSES V BENDING PADA BAJA AISI 10402024-09-06T02:21:51+00:00Nofrizalnofrizal@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan carburizing terhadap fenomena springback pada proses V-bending baja AISI 1040. Baja AISI 1040, yang merupakan baja karbon medium dengan kandungan karbon sekitar 0,4%, sering digunakan dalam berbagai aplikasi teknik. Namun, untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanannya, perlakuan panas seperti carburizing diperlukan. Proses V-bending dengan sudut punch dan die 80º, 85º, dan 90º dilakukan pada spesimen baja AISI 1040 yang telah mengalami carburizing menggunakan arang bambu pada temperatur 800ºC selama 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa carburizing berpengaruh signifikan terhadap pengurangan springback, sehingga meningkatkan presisi pada pembentukan lembaran logam2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26717ANALISA KOROSI PADA RETAK TEGANG MATERIAL AISI 304 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN MENGGUNAKAN MEDIA AIR LAUT2024-09-06T02:25:18+00:00Bertran Ardiyantobertrana@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idStress Corrosion Cracking (SCC) atau korosi retak tegang merupakan kegagalan logam korosi hasil peretakan interganular dan transganular dibawah pengaruh tegangan tarik dan lingkungan yang korosif. Stress Corrosion Cracking sering terjadi pada pipa bawah laut. Hal ini disebabkan karena pengelasan yang biasa dilakukan pada pipa yang menghasilkan tegangan sisa dan kombinasi dengan media air laut. Tujuan penelitian ini melakukan analisis terhadap laju korosi yang disebabkan oleh retak tegang pada pipa baja AISI 304 yang direndam dalam akuarium berisi air laut alami dari pantai kota padang, mengamati masalah retakan yang muncul pada sampel pipa baja AISI 304 setelah diuji korosi. Metode pengujian yang digunakan C-ring, dengan variasi pembebanan 0 kN, 3 kN, dan 5 kN. Material dicelup dalam media air laut selama 5 hari, 10 hari, dan 15 hari. Pengujian yang dilakukan adalah pengambilan data kehilangan berat, perhitungan laju korosi dan pengamatan retak yang terjadi dengan mikroskop optik. Kehilangan berat dan laju korosi dipengaruhi oleh besarnya beban dan lamanya waktunya pencelupan. Kehilangan berat dan laju korosi terbesar terjadi pada specimen dengan beban 5 kN dan waktu pencelupan 15 hari dengan nilai kehilangan beratnya 20 gram dan laju korosinya 0,14740 mm/ y dengan waktu pencelupan 15 hari dan yang terkecil terjadi pada beban 0 kN dengan nilai kehilangan berat 17 gram dengan laju korosi 0,04625 mm/ y dengan waktu pencelupan 5 hari.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26718KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN SERBUK KULIT KAYU BALIK ANGIN ( MALLOTUS PANICULATUS ) DENGAN RESIN POLIESTER TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN2024-09-06T02:29:30+00:00Muhammad Rahmanmrahman@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idDalam bidang industri diperlukan adanya material - material baru yang mudah ditemukan dan mampu memenuhi standar material.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisa sifat konduktivitas termal pada komposisi campuran serbuk kulit kayu balik angin dengan resin poliester dengan komposisi yang berbeda yaitu 0% serbuk, resin poliester 100 %, 10 serbuk, resin poliester 90 %, 20% serbuk, 80% resin poliester , dan 30% serbuk, resin poliester 70 %. Penelitian ini menggunakan pengujian konduktivitas termal konvensional buatan dan uji densitas. Pada pengujian konduktivitas termal ini mendapatkan nilai koefisien termal bahan pada masing - masing komposisi yaitu pada komposisi 0% serbuk dan 100% resin poliester dengan nilai koefisien termal 1050.10^2 w/mk, pada komposisi 10 % serbuk dan 90% resin poliester dengan nilai koefisien termal 1120.10^2 w/mk, pada komposisi 20 % serbuk dan 80% resin poliester dengan nilai koefisien termal 1191.10^2 w/mk, dan pada komposisi 30% serbuk dan 70 % resin poliester dengan nilai koefisien termal 1260.10^2 w/mk. Dari hasil uji densitas spesimen dengan variasi komposisi berbeda didapatkan hasil pengujian densitas yaitu pada komposisi 0% serbuk dan 100% resin poliester dengan nilai densitas 1086.10^(-2) gr/〖cm〗^3, pada komposisi 10 % serbuk dan 90% resin poliester dengan nilai densitas 9544.10^(-2) gr/〖cm〗^3,pada komposisi 20 % serbuk dan 80% resin poliester dengan nilai densitas 9720.10^(-2) gr/〖cm〗^3, dan pada komposisi 30% serbuk dan 70 % resin poliester dengan nilai densitas 9816.10^(-2) gr/〖cm〗^3. salah satu faktir yang mempengaruhi konduktivitas termal suatu material adalah porositas dan kepadatan, jika pori- pori komposit semakin banyak maka konduktivitas termalnya makin kecil dan pemberian serbuk pada komposit polieter dapat menutupi pori - pori didalam komposit, sehingga semakin banyak jumlah serbuk maka nilai konduktivitas termalnya semakin tinggi2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26719PERANCANGAN ALAT TEKUK PLAT DENGAN SUDUT TEKUK BERVARIASI”2024-09-06T02:33:07+00:00Fikri Ikhsanfikriaulia@gmail.comDuskiardiduskiardi@bunghatta.ac.idCurrently, technological developments are clearly visible in the industrial sector, where in general an industry will try to produce products in large quantities so that they can meet consumer needs. We have felt the impact of progress in industrial technology in our daily lives, whether in the household, in the market or around us, which has been met by the results of progress in the field of technology and of course this was created for human needs. So a tool called Bending was made. What are the design stages in producing a plate bending tool product with varying angles where the maximum plate thickness is 2 mm with a maximum plate length of 30 cm. The purpose of writing this final assignment is to obtain specifications for a plate bending tool with a maximum AISI 1040 plate thickness of 2 mm and a maximum plate length of 30 cm and to assist the final assignment testing process for bending workpieces. The design results of the AISI 1040 plate bending tool with varying bending angles have the following tool design specifications. The frame length is 1000 mm, the hydraulic capacity is 5 tonnes, the hydraulic weight is 50 kg, the maximum bending force (F) is 49000 N, the frame height is 800 mm, and the bending angles are 75°, 80°, 85° and 90°.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26721PERANCANGAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN HOPPER PADA MESIN BRIKET2024-09-06T02:36:51+00:00Kesatria Bima Ferdanakesatriabimaferdana@gmail.comwenny marthianawennymarthiana@bunghatta.ac.idSumber energi ini akan habis seiring waktu. Namun, terdapat alternatif ramah lingkungan seperti tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan sekam padi yang tersedia di berbagai daerah. Briket arang adalah bahan bakar alternatif yang terbuat dari tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan sekam padi. Solidworks merupakan perangkat lunak yang digunakan di komputer untuk merancang serta menganalisis. Waktu pelaksaan dilakukan pada hari kerja, di Laboratorium Prosses Manufaktur, Universitas Bung hatta. Hasil simulasi statis hopper yang dilakukan menggunakan Solidworks menunjukkan bahwa dengan beban 5 kg (50 N) dengan material plat stainless steel berukuran panjang 600 mm serta ketebalan 3 mm, diperoleh nilai faktor keamanan sebesar 813. Hal ini menunjukkan bahwa hopper tersebut aman untuk digunakan. Hasil simulasi kekuatan struktur hopper dengan beban 5 kg atau 50 N. Spesifikasi material stainless steel menunjukkan kekuatan tarik sebesar 5.136 x 108 dan kekuatan luluh sebesar 1.723 x 108. Dalam melakukan analisis, simulasi statis telah memberikan hasil yang memuaskan. Nilai tegangan von misses terbesar didapat dari simulasi yang dilakukan sebesar 2,633 x106 𝑁/𝑚2. Nilai yang didapat ini masih jauh dibawah nilai yield strength dari material hopper yaitu sebesar 2,11 𝑥 108 𝑁/𝑚2.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26722PEMBUATAN ALAT TEKUK PLAT DENGAN SUDUT TEKUK BERVARIASI2024-09-06T02:37:06+00:00Fajri Fadhlifajrifad@gmail.comDuskiardi Fadhliduskiardi@bunghatta.ac.idCurrently, the need for plates for industry is increasing very rapidly, both in small industries and in universities with mechanical engineering majors. Making bending tools varies according to the designer's specifications. To obtain documentation of the bending tool manufacturing process according to the designer. How to make a bending tool that uses hydraulics to make it easier for operators to work in the process of bending workpieces, designing and making bending tools to bend plates at varying angles. The following are the stages of testing the tool. After all the components have been made, then proceed to assembly and a plate bending tool is formed according to the designer. Next, a road test will be carried out so it will be seen that the results of the plate bending tool test are in accordance with the desired results. Then carry out the process of checking all components for errors and damage to the components of the plate bending tool and then carry out tests carried out with the bending tool. In forming a part, accuracy and caution is needed in measuring and cutting parts of the material to be formed so that these parts are easier to fabricate during assembly. Plate bending tool for shape gaps with a die angle of 75°, 80° ,85°,90° and a maximum plate length of 30 mm and a die mold length of 300 mm have been successfully made. The results of the product used for the experiment were using the maximum plate thickness, namely 2 mm thick, the size was in accordance with what was planned and the product results on the inside did not experience shrinkage. The hydraulic bottle jack is used as a driver to press the punch and has the following tool specifications: - Frame dimensions (1050 x 705 x 705) mm - M8, M10 and M12 bolts - Hydraulic bottle jack 5 tons. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26723PERANCANGAN RANGKA PADA MEKANISME ALAT CETAK BRIKET2024-09-06T02:39:21+00:00rahmat febri kurniyadirahmatfebri499@gmail.comwenny marthianawennymarthiana@bunghatta.ac.idPenelitian ini bertujuan untuk merancang rangka pada mekanisme alat cetak briket, untuk membuat simulasi statis dari rangka alat cetak briket, untuk menentukan nilai von misses dan displacement pada rangka hasil simulasi dari solidworks, untuk menentukan nilai faktor of sefety dari rangka alat cetak briket. Adapun metode penelitian dan pembuatan dilakukan secara eksperimen dengan pemilihan material yang di dasarkan pada hasil simulasi software solidwork yang bekerja pada rangka. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi static kekuatan rangka alat cetak briket dengan beban total yang diterima bervariasi di mulai dari 20kg, 40 kg, 60 kg, 80 kg, kerangka masih dapat memenahan komponen - komponen alat cetak briket selama pengoperasiannya. Kasitas nya adalah 20 kg/jam.Nilai tegangan von misses terbesar didapat dari simulasi yang dilakukan sebesar 2,215 x 105 N/m 2. Nilai yang didapat ini masih jauh dibawah nilai yield strength dari material rangka yaitu sebesar 9,420 x 105 N/m 2. Sehingga tidak terjadi kegagalan pada von misses. Nilai Strain (regangan), beban yang diterima yaitu sebesar 20 kg atau sebesar 200 N Regangan yang terjadi memiliki nilai maksimal sebesar 4,826 x 10-6 N/mm2.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26725ANALISA PENGARUH PACK CARBURIZING PADA BAJA AISI 1040 TERHADAP UJI IMPACT DAN STRUKTUR MIKRO2024-09-06T02:42:49+00:00ghifari fata alhoirighifarifataalkhoiri@gmail.comyovial mahyoedinyovialmahyoedin@bunghatta.ac.idBaja sering diaplikasikan sebagai target material dalam beraneka macam keperluan.dengan mengaplikasikan baja sebagai bahan baku, seperti memproduksi peralatan dan perkakas, komponen mesin, Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis dampak dari penambahan unsur karbon melalui pack carburizing memakai arang bambu sebagai bahan karbon terhadap pengujian ketangguhan impact material baja AISI 1040.Penelitian ini menggunakan pengujian impact dan struktur mikro Pada pengujian impact ini terdapat 4 kelompok spesimen uji, yaitu raw material, pack carburizing temperatur 800°C, 900°C, 1000°C. Setelah diberi perlakuan pack carburizing energi impact meningkat bila dibandingkan dengan spesimen yang tanpa diberi perlakuan, dapat dilihat pada spesimen raw material mendapatkan energi impact 93,13 Joule, pada suhu 800°C dengan energi impact 260,44 Joule, pada suhu 900°C dengan energi impact 279,99 Joule, pada suhu 1000°C dengan energi impact 165,91 Joule. Dapat dilihat perubahan warna pada hasil foto struktur mikro tiap masing-masing temperatur. Dilihat karbon yang masuk lebih banyak terjadi pada temperatur 1000°C, dibandingan dengan temperatur 800°C, 900°C dan raw material.Spesimen dengan perlakuan pack carburizing pada temperatur suhu 900°C memiliki rata – rata nilai harga impact terbesar yaitu 3,25 J/mm². Walaupun spesimen pack carburizing pada suhu 1000°C mengalami penurunan nilai harga impact dari spesimen pack carburizing temperatur suhu 800°C dan 900°C. Dari hasil uji struktur mikro pada spesimen yang telah dilakukan proses pack carburizing dapat dilihat fasa yang terbentuk adalah pearlite yang lebih banyak pada temperatur 1000°C. Hal tersebut menandakan bahwa proses pack carburizing menyebabkan penambahan unsur karbon yang membuat nilai ketangguhannya berkurang2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26855PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN PANAS KONDENSOR MESIN PENGKONDISIAN UDARA2024-09-10T10:31:50+00:00Riski Gustiawanriskigustiawan25@gmail.comKaidirirkaidir@bunghatta.ac.idPengeringan pakaian merupakan rutinitas yang dilakukan masyarakat pada umumnya, jasa-jasa pencucian dan pengeringan pakaian sudah banyak bermunculan. Oleh sebab itu, alat pengeringan pakaian sangatlah dibutuhkan terutama untukmenghemat energi, bisa digunakan kapan saja dan yang paling utama tidak tergantung pada cuaca (hujan).Metode yang dikembangkan untuk mengeringkan, ini amat beranekaragam dengan berbagai karakteristiknya. Keragaman karakteristik ini mencakup ukuran dan bahan yang dapat dikeringkan, waktu pengeringan, biaya, tekanan saat beroperasi, panas yang dapat dipindahkan dan karakteristik lainnya.Hal inilah yang menyebabkan banyak bermunculan laundry yang menawarkan jasa pencucian dan juga pengeringan pakaian bagi masyarakat yang sibuk dan ingin serba instan dalam pengeringan pakaian. Masalah dalam system pengering buatan adalah harga dan tidak semua pakaian dapat tahan terhadap panas dalam proses pengeringan. Didalam masyarakat perkotaan, penggunaan Air Conditioner (AC) sepertinya sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Hal ini menjadi suatu keuntungan karena dalam prinsip kerjanya Air Conditioner (AC) memiliki system pembuangan panas. Sistem pembuangan panas pada AC terdapat pada bagian kondensor. 2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26856 Pengaruh Penambahan Zat Aditif Pada Bahan Bakar Biosolar Terhadap Kinerja Motor Diesel, Exergy, dan Gas Buang2024-09-10T10:43:59+00:00Farel Agusrifarelagusri@gmail.comsuryadimal Murdionosuryadimal@bunghatta.ac.idMotor diesel yang diteliti merupakan motor bakar jenis diesel 4 langkah yang terdapat di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Bung Hatta Padang. Kinerja motor bakar yang dihitung sebagai berikut; Torsi dan Daya, Konsumsi bahan bakar spesifik, Efisiensi, Energi bahan bakar dan Eksergi.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui nilai energi dan eksergi yang dihasilkan dan efisiensi energi dan eksergi pada motor diesel 4 langkah. Metodologi Pengujian Peformansi Motor Diesel dengan menggunakan mesin motor empat langkah tipe Daihatsu.Pada pengujian ini, akan diteliti peformansi motor bakar yang dilakukan pada 3 tingkat putaran mesin, yaitu 1200, 1600, 2000, serta variasi beban 3 kg dan 4,5 kg.Dengan mencampur bio solar dengan zat additive terjadi peningkatan AFR dari putaran mesin 1200 hingga 2000 rpm. Mencampur biosolar dengan Wurth terjadi penghematan pemakaian bahan bakar murni, penghematan terbaik jika dicampur ½ (150 mL) antara Wurth dengan 30 L biosolar. Emisi gas buang HC bio solar dengan campuran wurth ½ (150 mL) mencapai rata rata 22,4 % lebih ramah HC pada putaran 1200 rpm. Campuran wurth ½ (150 mL) mencapai rata rata 13,1 % lebih ramah CO pada putaran 1200 rpm.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26857PENGARUH SERAT KELAPA DENGAN POLYESTER TERHADAP UJI TARIK DAN UJI LENTUR 2024-09-10T10:47:46+00:00Afif Afrijonafifcrt03@gmail.comyovial mahyudinyovial@bunghatta.ac.idDalam beberapa tahun terakhir, penggunaan serat alami sebagai penguat yang dapat menggantikan serat sintetis telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam material komposit Dampak negatif dari serat sintetis, yang limbahnya sulit untuk dilakukan ulang dan berpotensi mencemari lingkungan, juga menjadi pendorong bagi peningkatan penggunaan serat alami. Oleh karena itu, pemanfaatan serat alami yang ramah lingkungan merupakan langkah yang bijak untuk melindungi lingkunganpengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan uji lenturDimana nilai tengangan tertinggi terdapat pada level 30:70% dengan nilai tengan sebesar 115.860,7 N/〖cm〗^2 dan untuk nilai regangan sebesar 1,4%. Sedangkan untuk nilai regangan semakin besar level perbandingan serat maka semakin kecil regangan yang terjadi dimana nilai regangan tertinggi terdapat pada level 0:100% yaitu sebesar 3,6% dan untuk nilai kekuatan tarik terendah sebesar 50.000,0 N/〖cm〗^2. . Untuk nilai modulus elastisitas tertinggi ditunjukan pada fraksi 30:70% dengan nilai sebesar 155.860,7 N/〖cm〗^2. Dan untuk nilai modulus terendah ditunjukkan pada fraksi 0:100% sebesar 50.000,0 N/〖cm〗^2. kekuatan lentur menunjukkan penurunan kekuatan lentur pada fraksi berat 10:90% dengan nilai sebesar 42,68 Mpa dan lebih rendah sebelumnya dari fraksi berat serat 0:100% dengan nilai 63,16 Mpa, Akan tetapi mengalami penaikkan nilai kekuatan lentur pada fraksi 20 :80% dari fraksi 10:90% dengan nilai kekuatan lentur 54.39 Mpa dan terus mengalami penaikan sampai fraksi berat serat 30:70% dengan nilai 71.22 Mpa.Pada variasi fraksi berat komposit serat kelapa memiliki nilai kekutan tarik yang sangat baik, dimana semakin besar fraksi serat maka akan semakin besar juga nilai kekuatan yang dihasilkan pada saat pengujian. Hal ini terbanding kebalik antara nilai kekuatan tarik dengan nilai regangan dimana nilai regangan memiliki nilai yang tidak teralalu baik, dikarenakan semakin bertambahnya nilai fraksi berat serat maka regangan akan mengalami penurunan. Sehingga nilai modulus elastisitasnya akan semakin naik seiring bertambahnya fraksi berat, dan hal ini disebabkan oleh nilai regangan yang mengalami penurunan dengan bertambahnya fraksi berat serat.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26858ANALISA PENGARUH REDUKSI TERHADAP KEKUATAN TARIK KAWAT Ti6AI4V DALAM PROSES WIRE DRAWING DENGAN PELUMASAN OLI”2024-09-10T10:52:36+00:00Novri Akbarnovriakbar35@gmail.comiqbaliqbal@bunghatta.ac.idTi–6Al–4V is known as a mainstream biomedical titanium alloy for a long time. New types of alloys such as Ti– 6Al–7Nb and Ti–5Al–2.5Fe. However, it has recently been developed due to the problem of elemental toxicity in the Ti–6Al–4V alloy and the development of the required performance of the alloy. The effect of lubrication using the constant speed drawing method on the mechanical properties of titanium wire in the wire drawing process is why it is necessary to carry out a wire drawing test. In the wire pulling process, there are test results that the mechanics of Ti6AI4V wire with oil lubrication on the tensile strength are the lower the wire pulling speed during the pulling process. Tensile test break results (a) Specimen 1 reduction 1.9 has an elongation of 6,4% and a yield stress of 1013.78 N/mm2. (b) Specimen 2 with 1.8 reduction has an elongation of 7,6% and a yield stress of 1021.59 N/mm2. (c) Specimen 3 with 1.7 reduction has an elongation of 8,4% and a yield stress of 952.89 N/mm2. It can be concluded that control of the wire drawing speed in the reduction process has a significant impact on the mechanical properties of Ti6AL4V wire. The lower the drawing speed, the higher the mechanical properties, however, the ductility of the wire will decrease.2024-09-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024