ABSTRACT OF UNDERGRADUATE RESEARCH, FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY, BUNG HATTA UNIVERSITY
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI
en-USABSTRACT OF UNDERGRADUATE RESEARCH, FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY, BUNG HATTA UNIVERSITYPreparasi Katalis Karbon Tersulfonasi dari Arang Tempurung Kelapa dengan Metode Impregnasi Kering dan Aplikasinya pada Sintesis Triasetin Ewing
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25769
Triasetin memiliki keunggulan karakteristik seperti ukuran partikel yang kecil, berwarna putih dan halus, homogenitasnya tinggi, serta keseragaman bentuk partikelnya. pemakaian triaesetin semakin berkembang luas dan menjadi produk incaran di berbagai industri. Pembuatan triasetin dilakukan dengan beberapa macam metode, salah satunya dengan metode karbonasi yang memanfaatkan gliserin yang direaksikan dengan kabron dari tempurung yang dilarutkan terlebih dahulu. Proses sintesis triasetin harus di sertai dengan pemakaian jenis reaktor yang efisien untuk proses reaksinya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan rancangan modifikasi reaktor CSTR dan PFBR menjadi satu reaktor dalam sintesis triasetin untuk menghasilkan proses pelarutan triacetin dan pengontakkan karbon yang efektif untuk hasil konversi triacetin yang tinggi, dengan memodifikasi letak distributor karbon. Hasil rancangan modifikasi reaktor menunjukkan yield triasetin yang dihasilkan sebesar 58,531%.Ewing NovizaEwing NovizaMaria Ulfah
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Modifikasi Kimia Bioadsorben Sabut Kelapa Muda Dan Kulit Singkong Untuk Adsorpsi Logam Besi (Fe) Dan Seng (Zn)-Fitrah
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25777
Di era globalisasi ini pertumbuhan industri kian hari kian tinggi. Hal ini berdampak langsung pada buangan limbah industri yang bersifat racun juga semakin meningkat. Zat-zat pencemaran terutama dari industri lebih didominasi oleh bahan buangan logam berat seperti besi dan seng. Metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar logam adalah adalah adsorpsi dengan menggunakan bioadsorben dari sabut kelapa dan kulit singkong karena memiliki kandungan seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin yang dapat mengikat ion logam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kapasitas adsorpsi bioadsorben dari sabut kelapa dan kulit singkong untuk penurunan kadar besi (Fe) dan seng (Zn). Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Kampus 3 Universitas Bung Hatta. Dari data yang diperoleh kapasitas adsorpsi dan effisiensi paling optimum pada bioadsorben SK:KS 1:3 yaitu sebesar 1,6009 mg/g dan 96,052% dimana terletak pada bioadsorben dengan perbandingan massa 75 mg sabut kelapa : 225 mg kulit singkong dengan waktu kontak selama 40 menit.Fitrah HamonanganMaria Ulfah
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412DESULFURISASI BATUBARA DENGAN METODE LEACHING MENGGUNAKAN GEL LIDAH BUAYA-ALFIA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25778
Batubara manjadi salah satu sumber energi utama di dunia yang masih banyak digunakan dalam sektor pembangkit listrik. Pembakaran batubara berkadar sulfur tinggi menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menganggu lingkungan hidup. Oleh karena itu, penelitian desulfurisasi dengan leaching untuk meningkatkan kualitas batubara. Desulfurisasi batubara dilakukan menggunakan gel lidah buaya sebagai pelarut. Gel lidah buaya dikontakkan dengan variasi kecepatan pengadukan 500 dan 750 rpm, dengan waktu 2, 3, 5, dan 7 jam. Batubara kemudian dipisahkan dan dianalisa kandungan sulfur, kandungan abu dan nilai kalornya. Hasil penelitian menunjukkan kandungan sulfur menurun mencapai 19,11% hingga 24,61%.Alfia WahyuniErda Desfitri
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PEMBUATAN BIO-CHAR DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PROSES TOREFAKSI-M.FACHRI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25779
Energi fosil dan batubara merupakan sumber energi tak terbarukan dan keberadaannya suatu saat pasti akan habis. Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil adalah dengan cara pengembangan energi terbarukan yang berbasis bahan biomassa yang bisa diperbaharui salah satunya bio-char hasil torefaksi. Torefaksi merupakan salah satu metode untuk pengolahan awal biomassa agar kualitas biomassa meningkat dan biomassa dapat dipergunakan dalam rentang waktu lama. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh variasi waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit dengan suhu masing masing 200 °C, 250 °C, dan 300 °C, dan variasi ukuran tongkol jagung 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Pada variasi suhu 300 °C, waktu 60 menit dengan ukuran 1 cm memiliki nilai kadar air yang lebih rendah dibandingkan SNI 1683:2021. Dari data yang diperoleh pada variasi suhu, waktu, dan ukuran memiliki nilai kadar abu dan volatile matter yang lebih tinggi dibandingkan SNI. Pada pengujian nilai kalor, bio-char yang dipilih dengan variasi ukuran 3 cm, suhu 250 °C, dan waktu selama 90 menit. Nilai kalor dari bio-char hasil torefaksi sebesar 7220,87 kal/g lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor acuan SNI 1683:2021 sebesar 6500 kal/g.Muhammad FachriFirdaus
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412INOVASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN PROSES KOAGULASI-MIFTAHUL
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25780
Selain memperoduksi minyak sawit mentah, industri minyak sawit juga menghasilkan limbah cair atau POME (Palm Oil Mill Effluent). POME memiliki cemaran (COD dan BOD) yang sangat tinggi. Namun pada beberapa industri pengolahan POME hanya mengandalkan kolam-kolam aerob, sehingga membutuhkan banyak lahan. Koagulasi dapat digunakan dalam pengolahan limbah tersebut. Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat sehingga dapat diendapkan. Koagulan yanng digunakan adalah PAC.Miftahul LizraReni Desmiarti
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI-RIESHA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25781
Limbah cair pabrik kelapa sawit terus meningkat seiring dengan produksi minyak kelapa sawit di Indonesia. Beberapa pabrik telah melakukan pengolahan limbah kelapa sawit dengan menggunakan kolam anaerobik yang tidak efisien karena memerlukan luas lahan yang besar. Elektrokoagulasi adalah teknologi alternatif yang memanfaatkan arus listrik searah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter tegangan terhadap kinerja proses elektrokoagulasi serta menentukan waktu terbaik untuk pengolahan limbah cair kelapa sawit tersebut. Jenis elektroda yang digunakan adalah aluminium, variasi tegangan yang digunakan yaitu 5, 7, dan 9V dengan waktu kontak selama 120 menit dan variasi waktu sampling 30, 60, 90, dan 120 menit.Riesha MayoriReni Desmiarti
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412UJI KUALITAS KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH-ELISA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25782
Tempurung kelapa merupakan salah satu limbah pangan di Indonesia dengan jumlah yang melimpah dan belum termanfaatkan secara maksimal. Pada umumnya masyarakat hanya menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan bakar pengganti kayu kayu untuk menghidupkan tungku masak tradisional. Selain hal tersebut ternyata tempurung tempurung kelapa dapat dibuat menjadi karbon aktif. Dengan demikian pemasokan karbo aktif untuk dunia industri dapat bertambah dengan meningkatnya nilai mutu dari tempurung kelapa menjadi karbon aktif dan hal tersebut juga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari tempurung kelapa itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh aktivator dan konsentrasi aktivator NaOH yang digunakan terhadap arang aktif yang dihasilkan. Karbon aktif dibuat melalui tahapan karbonisasi pada suhu 500°C dan 600°C selama 1 jam. Dan arang tempurung yang dihasilkan kemudian diaktivasi menggunkan aktivator NaOH dengan konsentrasi 5%, 10%, dam 15% selama 24 jam. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan konsentrasi aktivator yang digunakan mempengaruhi kualitas karbon aktif yang dihasilkan. Dari uji kualitas karbon aktif yang dilakukan, kualitas karbon aktif yang terbaik diperoleh pada suhu 600°C dengan konsentrasi 15% yaitu dengan kamdungan kadar air 0,63%, kadar abu 2,2%, zat terbang 16,5 %, dan daya serap terhadap I2 sebesar 913,89 mg/g yang memenuhi standar SNI 06-3730.ElisaPasymi
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Peningkatan Keawetan Rendang Melalui Inovasi Pengembangan Kemasan Vakum dan Non Vakum-DEVI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25784
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh jenis kemasan vakum dan non vakum serta kemasan jamak dan satuan terhadap umur simpan rendang. Penyimpanan rendang dilakukan pada suhu ruang selama 30 hari dan diuji 4 hari sekali. Analisa yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisa kadar air, asam lemak bebas, pH, dan total mikroba. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan mutu selama penyimpanan. Penurunan mutu dapat dilihat dari naiknya nilai kadar air, asam lemak bebas, total mikroba dan turunnya pH. Rendang daging sapi yang dikemas jamak non vakum memiliki umur simpan 16 hari dan rendang daging sapi yang dikemas satuan pada kondisi vakum memiliki umur simpan 27 hari. Ini menunjukkan bahwa pengemasan yang dilakukan vakum membuat makanan lebih tahan lama 59% dibandingan kemasan non vakum.Devi SantiPasymi
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PEMBUATAN BIO-CHAR DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN PROSES TOREFAKSI-RASYIDAH
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25785
Energi fosil dan batubara merupakan sumber energi tak terbarukan dan keberadaannya suatu saat pasti akan habis. Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan akan energi fosil adalah dengan cara pengembangan energi terbarukan yang berbasis bahan biomassa yang bisa diperbaharui salah satunya bio-char hasil torefaksi. Torefaksi merupakan salah satu metode untuk pengolahan awal biomassa agar kualitas biomassa meningkat dan biomassa dapat dipergunakan dalam rentang waktu lama. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh variasi waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit dengan suhu masing masing 200 °C, 250 °C, dan 300 °C, dan variasi ukuran tongkol jagung 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Pada variasi suhu 300 °C, waktu 60 menit dengan ukuran 1 cm memiliki nilai kadar air yang lebih rendah dibandingkan SNI 1683:2021. Dari data yang diperoleh pada variasi suhu, waktu, dan ukuran memiliki nilai kadar abu dan volatile matter yang lebih tinggi dibandingkan SNI. Pada pengujian nilai kalor, bio-char yang dipilih dengan variasi ukuran 3 cm, suhu 250 °C, dan waktu selama 90 menit. Nilai kalor dari bio-char hasil torefaksi sebesar 7220,87 kal/g lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor acuan SNI 1683:2021 sebesar 6500 kal/g.Rasyidah LarasatiFirdaus
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PEMBUATAN BIOCHAR DARI LIMBAH BUAH KETAPANG (Terminalia Catappa) DENGAN METODE PIROLISIS-OCTASYA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25786
Energi fosil yang akan habis dalam waktu dekat mendorong banyak negara khususnya Indonesia untuk menggunakan energi alternatif. Salah satu energi alternatif yang berbasis biomassa adalah biochar hasil pirolisis. Pirolisis merupakan sala satu metode untuk pengolahan awal biomassa agar kualitas biomassa meningkat dan biomassa dapat digunakan dalam rentang waktu yang lama. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah Ketapang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi suhu pirolisis (300°C, 350°C, 400°C) dan waktu pirolisis (30 menit, 60 menit, 90 menit) terhadap rendemen biochar, kandungan volatille matter, kadar air dan kadar abu. Biochar dengan kadar abu paling rendah pada kondisi operasi 300°C dengan waktu pirolisis 30 menit dan kadar abu biochar tertinggi diperoleh pada kondisi operasi 400°C dengan waktu pirolisis 90 menit. Nilai kalor dari biochar hasil pirolisis sebesar 6085,98 kal/g lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor acuan SNI 1683:2021 sebesar >5000 kal/g. Dari data yang diperoleh pada variasi suhu dan waktu memiliki nilai kadar air dan volatille matter yang lebih rendah dari SNI 1683:2021.Octasya AisyahFirdaus
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412DELIGNIFIKASI RUMPUT GAJAH UNTUK PRODUKSI SELULOSA INTERMEDIAT-RIZKY
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25788
Rumput gajah merupakan salah satu tanaman yang kurang dimanfaatkan. Dewasa ini rumput hanya digunakan sebagai makanan ternak, terkadang rumput gajah juga dianggap sebagai tanaman pengganggu. Tetapi rumput gajah mempunyai kadar selulosa yag dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghasil bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses delignifikasi rumput gajah sebagai bagian dari upaya pemanfaatan rumput gajah sebagai sumber bahan bakar alternatif. Variabel dari penelitian ini yaitu 100 gr rumput gajah yang telah dihaluskan sebagai objek yang akan diteliti menggunakan larutan NaOH 9% dengan perbandingan 1 : 4 dan variasi waktu dari penelitian ini adalah 70, 90, 110, 130 menit. Hasil yang didapat pada penelitian ini diketahui penuruan kadar lignin mulai dari 8,20% menjadi 0,88% atau dengan kata lain efisiensi penuruan lignin yang didapat adalah sebesar 89,27%. Sementara untuk kadar selulosa (wt%) mengalami kenaikan mulai dari menit 70 sampai 130 berturut-turut adalah 61,76% ; 62,75% ; 63,37% ; 63,73%. Dimana kenaikan ini disebabkan karena padatan rumput gajah yang awalnya sebanyak 100 gr (pada menit ke-0 / sebelum delignifikasi), berkurang pada saat proses delignifikasi berlangsung. Dimana jumlah padatan tersisa setelah delignifikasi berlangsung berturut-turut dari menit 70 sampai 130 adalah 96,77 gr ; 95,17 gr ; 94,52 gr dan 92,93 gr. Sedangkan untuk kadar hemiselulosa yang didapat (gr dan %wt) yang didapat mulai dari menit 70 sampai 130 berturut-turut adalah (20,87 gr : 21,57%) ; (20,53 gr : 21,57%) ; (21,52 gr : 22,77%) ; (20,95 gr : 22,55%).Rizky FajarPasymi
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PEMBUATAN ASAP CAIR DARI BIOMASSA DAUN NANAS (Ananas cosmosus) DENGAN METODE PIROLISIS-DWI LORNA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25789
Bahan pengawet dengan zat berbahaya masih banyak digunakan di industri makanan dan kalangan masyarakat yang mana akan berdampak buruk pada kesehatan manusia. Salah satu solusi dari permasalahan ini berupa menggantinya dengan pengawet alami berupa bahan pengawet dari asap cair. Asap cair adalah hasil destilasi dari uap hasil pirolisis dari bahan baku yang banyak mengandung lignin, hemiselulosa, selulosa, karbon dan senyawa lain. Daun nanas mudah didapat dan mengandung bahan berlignoselulosa tinggi sekitar 69,5- 71,5%. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah waktu dan suhu pirolisis berpengaruh terhadap karakteristik fisika dan kimia asap cair. Berdasarkan analisa yang dilakukan pada Penelitian ini berupa uji rendemen, densitas, kadar asam dan nilai pH pada suhu 1500C, 2500C dan 3500C dengan waktu pirolisis 30, 60 dan 90 menit membuktikan bahwa daun nanas dengan waktu dan suhu pirolisis tersebut memenuhi standar SNI-8985-2021 dan layak untuk di pasarkanDwi MahestiErti Praputri
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412SINTESIS ZEOLIT A PELET DARI KAOLIN BANGKA DAN UJI KINERJA ADSORBEN DALAM PEMURNIAN BIOETANOL-NANDITA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25790
Kebutuhan energi dalam sektor transportasi di dunia terus meningkat, untuk mengimbangi permintaan dengan keterbatasan sumber energi yang ada terutama minyak bumi sebagai bahan bakar, perlu adanya bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak, salah satunya Bioetanol. Bioetanol yang dimanfaatkan untuk campuran bahan bakar harus mencapai tingkat kemurnian minimum 99,5%. untuk mencapai kemurnian bioetanol yang diharapkan maka perlu dilakukan proses adsorbsi. Dalam penelitian ini adosrben yang digunakan dalam proses adsorbsi bioetanol adalah zeolit A pelet. Zeolit A pelet terlebih dahulu disintesis menggunakan bahan baku kaolin yang berasal dari daerah Bangka. Untuk mengetahui apakah zeolit yang terbentuk merupakan jenis zeolit A maka zeolit hasil sintesis dianalisa menggunakan XRD. Dari hasil analisa XRD zeolit hasil sintesis merupakan jenis zeolit A dan mampu meningkatkan kemurnian bioetanol pada persentase 99,7%.Nandita HadiMaria Ulfah
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Pengaruh Umur Rumput Gajah Terhadap Komposisi Kimiawinya-BINTANG
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/25791
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh umur rumput gajah terhadap komposisi kimiawi nya seperti kadar hemiselulosa,selulosa, lignin dan abu. Rumput gajah mempunyai kadar selulosa yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan penghasil etanol. Umur rumput gajah yang digunakan yaitu umur 1, 2, 3 dan 4 bulan. Pada uji kadar hemiselulosa diperoleh hasil pada umur 1, 2, 3 dan 4 bulan secara berurut yaitu 34,942%, 33,152%, 31,125% dan 29,073%. Pada uji kadar selulosa diperoleh hasil pada umur 1, 2, 3 dan 4 bulan secara berurut yaitu 40,866%, 41,055%, 41,664% dan 42,075%. Pada uji kadarlignin diperoleh hasil pada usia 1, 2, 3 dan 4 bulan secara berurut yaitu 19,936%, 20,197%, 20,955% dan 21,9471%. Pada uji kadar lignin diperoleh hasil pada usia 1, 2, 3 dan 4 bulan secara berurut yaitu 4,256%, 5,596%, 6,256% dan 6,905%.Bintang HadistPasymi
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Making Sodium Lignosulfonate Surfactant From Palm Fiber-DITA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26126
Indonesia, as one of the largest producers of palm oil in the world, certainly experiences problems in handling palm oil waste such as palm fiber. Palm fiber is an industrial waste that has low economic value, but has a lignin content of 28.5% which has great potential as a raw material for surfactants. Sodium Lignosulfonate (NaLS) is a surfactant resulting from direct sulfonation. In the surfactant industry, it is used as a suspending agent, detergent, plasticizer, emulsifier. This research aims to determine the characteristics of the surfactant produced. Where in this study 2 variations were used, namely variations in cooking time (90, 120, 150 minutes) and NaHSO3 concentration (10%, 20%, 30%), then the characteristics of the surfactant were tested using FTIR-Spec pH, density, color, odor and solubility in water. From the research results, it was concluded that the surfactant produced was close to Aldrich's commercial surfactant with a pH of 7 and the highest surfactant content was obtained at a cooking time of 150 minutes and a concentration of 30%, so that the resulting surfactant met the characteristics of those sold on the market.Dita NurhasraAmelia Amir
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924416Making Sodium Lignosulfonate Surfactant From Palm Fiber-SUCI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26129
Indonesia, as one of the largest producers of palm oil in the world, certainly experiences problems in handling palm oil waste such as palm fiber. Palm fiber is an industrial waste that has low economic value, but has a lignin content of 28.5% which has great potential as a raw material for surfactants. Sodium Lignosulfonate (NaLS) is a surfactant resulting from direct sulfonation. In the surfactant industry, it is used as a suspending agent, detergent, plasticizer, emulsifier. This research aims to determine the characteristics of the surfactant produced. Where in this study 2 variations were used, namely variations in cooking time (90, 120, 150 minutes) and NaHSO3 concentration (10%, 20%, 30%), then the characteristics of the surfactant were tested using FTIR-Spec pH, density, color, odor and solubility in water. From the research results, it was concluded that the surfactant produced was close to Aldrich's commercial surfactant with a pH of 7 and the highest surfactant content was obtained at a cooking time of 150 minutes and a concentration of 30%, so that the resulting surfactant met the characteristics of those sold on the market.SUCI RAMADHANI JASTINAmelia Amir
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924416ADSORPTION OF METHYLENE BLUE USING ZEOLITE X SYNTHETIZED FROM KAOLIN BANGKA-NEFI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26131
Zeolite is a micro porous aluminosilicate mineral that has a wide spesific surface area. Its wide surface area causes zeolite to be commonly used as an adsorbent. Zeolite synthesis was carried out using a dealumination process, namely mixing metakaolin resulting from kaolin calcination at a temperature of 750°C for 2 hours, with HCl then mixed with NaOH solution with various concentrations of NaOH 1.3 N, 1.5 N and 1.7 N. The NaOH concentration might determine the type of zeolite obtained. The adsorption of methylene blue using zeolite-X synthesized kaolin from Bangka Belitung with initial concentration variations between 20, 30, 40, and 50 mg/L and contact time 90 min. The analysis of the kinetics adsorption equation shows that the adsorption process of methylene blue follows Freundlich isothermal equation.and Langmuir.NEFI MARNIMARIA ULFAH
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924416SINTESIS CRUDE BIODIESEL DARI PFAD MELALUI PROSES ESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS PADAT KARBON TERSULFONASI-MUHAMMAD DWI GUNA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26132
Penelitian ini bertujuan Menentukan kondisi optimum reaksi esterifikasi PFAD menggunakan katalis karbon tersulfonasi yang memiliki unjuk kerja terbaik. Pada proses pembuatan katalis diperoleh katalis terbaik yaitu katalis dengan lama proses sulfonasi selama 1 hari dengan konsenttrasi asam sulfat sebesar 7,1% v/b yang memperoleh konversi FFA sebesar 54,9208%. Pada proses penentuan kondisi optimum reaksi esterifikasi dengan memvariasikan rasio PFAD:Metanol dan berat katalis yang digunakan, diperoleh kondisi yang paling optimum yaitu rasio PFAD:Metanol sebesar 1:2,7 v/v dan berat katalis sebesar 18,33% b/v yang menghasilkan konversi FFA sebesar 63,8739%.MUHAMMAD DWI GUNAMARIA ULFAH
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Making Sodium Lignosulfonate Surfactant From Palm Fiber-HESTI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26133
Indonesia, as one of the largest producers of palm oil in the world, certainly experiences problems in handling palm oil waste such as palm fiber. Palm fiber is an industrial waste that has low economic value, but has a lignin content of 28.5% which has great potential as a raw material for surfactants. Sodium Lignosulfonate (NaLS) is a surfactant resulting from direct sulfonation. In the surfactant industry, it is used as a suspending agent, detergent, plasticizer, emulsifier. This research aims to determine the characteristics of the surfactant produced. Where in this study 2 variations were used, namely variations in cooking time (90, 120, 150 minutes) and NaHSO3 concentration (10%, 20%, 30%), then the characteristics of the surfactant were tested using FTIR-Spec pH, density, color, odor and solubility in water. From the research results, it was concluded that the surfactant produced was close to Aldrich's commercial surfactant with a pH of 7 and the highest surfactant content was obtained at a cooking time of 150 minutes and a concentration of 30%, so that the resulting surfactant met the characteristics of those sold on the market.HESTI HESTIAmelia Amir
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924416Pemanfaatan Maggot Untuk Mengurai Limbah Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Maninjau-ANNISA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26368
Limbah rumah tangga tanpa masyarakat sadari semakin lama akan menumpuk dan akan terus bertambah tanpa upaya penanggulangan efektif. Limbah Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau melimpah terutama karena akibat kekurangan oksigen setelah angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah itu. Salah satu upaya pemanfaatan sampah organik yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi dengan memanfaatakan Maggot untuk mengurai limbah Keramba Jaring Apung Danau Maninjau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis limbah terhadap bobot maggot dan mengetahui pengaruh jenis limbah terhadap ukuran maggot. Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Kampus 3 Universitas Bung Hatta. Dari data yang diperoleh media yang terbaik untuk bobot maggot dan ukuran maggot adalah pada Perlakuan A dengan menggunakan ikan nila, dengan bobot maggot sebesar 849gram, panjang maggot 1,8 cm dan lebar 0,7cm. parameter terendah pada penelitian ini terdapat pada perlakuan B dengan menggunakan ikan nila + limbah KJA Danau Maninjau dengan bobot maggot sebesar 731 gram, panjang 1cm dan lebar 0,3cm.ANNISA HUWAIDAPASYMI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924411PEMBUATAN BIOCHAR DARI LIMBAH BUAH KETAPANG (Terminalia Catappa) DENGAN METODE PIROLISIS-AZZAHRA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26384
Energi fosil yang akan habis dalam waktu dekat mendorong banyak negara khususnya Indonesia untuk menggunakan energi alternatif. Salah satu energi alternatif yang berbasis biomassa adalah biochar hasil pirolisis. Pirolisis merupakan sala satu metode untuk pengolahan awal biomassa agar kualitas biomassa meningkat dan biomassa dapat digunakan dalam rentang waktu yang lama. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah Ketapang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi suhu pirolisis (300°C, 350°C, 400°C) dan waktu pirolisis (30 menit, 60 menit, 90 menit) terhadap rendemen biochar, kandungan volatille matter, kadar air dan kadar abu. Biochar dengan kadar abu paling rendah pada kondisi operasi 300°C dengan waktu pirolisis 30 menit dan kadar abu biochar tertinggi diperoleh pada kondisi operasi 400°C dengan waktu pirolisis 90 menit. Nilai kalor dari biochar hasil pirolisis sebesar 6085,98 kal/g lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor acuan SNI 1683:2021 sebesar >5000 kal/g. Dari data yang diperoleh pada variasi suhu dan waktu memiliki nilai kadar air dan volatille matter yang lebih rendah dari SNI 1683:2021.AZZAHRA GHINA FADILLAHFIRDAUS
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924415DELIGNIFIKASI RUMPUT GAJAH UNTUK PRODUKSI SELULOSA INTERMEDIAT-KHAKIM
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26387
Rumput gajah merupakan salah satu tanaman yang kurang dimanfaatkan. Dewasa ini rumput hanya digunakan sebagai makanan ternak, terkadang rumput gajah juga dianggap sebagai tanaman pengganggu. Tetapi rumput gajah mempunyai kadar selulosa yag dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghasil bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses delignifikasi rumput gajah sebagai bagian dari upaya pemanfaatan rumput gajah sebagai sumber bahan bakar alternatif. Variabel dari penelitian ini yaitu 100 gr rumput gajah yang telah dihaluskan sebagai objek yang akan diteliti menggunakan larutan NaOH 9% dengan perbandingan 1 : 4 dan variasi waktu dari penelitian ini adalah 70, 90, 110, 130 menit. Hasil yang didapat pada penelitian ini diketahui penuruan kadar lignin mulai dari 8,20% menjadi 0,88% atau dengan kata lain efisiensi penuruan lignin yang didapat adalah sebesar 89,27%. Sementara untuk kadar selulosa (wt%) mengalami kenaikan mulai dari menit 70 sampai 130 berturut-turut adalah 61,76% ; 62,75% ; 63,37% ; 63,73%. Dimana kenaikan ini disebabkan karena padatan rumput gajah yang awalnya sebanyak 100 gr (pada menit ke-0 / sebelum delignifikasi), berkurang pada saat proses delignifikasi berlangsung. Dimana jumlah padatan tersisa setelah delignifikasi berlangsung berturut-turut dari menit 70 sampai 130 adalah 96,77 gr ; 95,17 gr ; 94,52 gr dan 92,93 gr. Sedangkan untuk kadar hemiselulosa yang didapat (gr dan %wt) yang didapat mulai dari menit 70 sampai 130 berturut-turut adalah (20,87 gr : 21,57%) ; (20,53 gr : 21,57%) ; (21,52 gr : 22,77%) ; (20,95 gr : 22,55%).Khakim Kahar MimPASYMI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413PENGARUH JENIS KAYU DAN PROSES PEMASAKAN TERHADAP KUALITAS PULP-BARLIAN
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26390
Perkembangan industri pulp dan kertas di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memproyeksikan industri ini tumbuh 5% pada 2019. Perlunya peningkatan seperti teknologi dan bahan baku yang cukup serta memadai untuk kebutuhan ekspor dan impor. Bahan baku pulp dan kertas yang digunakan di Indonesia umumnya menggunakan jenis kayu hardwood yang telah dipersiapkan di area Hutan Tanaman Industri (HTI) yaitu kayu yang di budidayakan diantaranya Acacia crassicarpa dan Eucalyptus pelita. Pada proses pemasakan chip kayu, agar pulp yang dihasilkan sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, maka perlu membuat parameter standar yang baru untuk proses pemasakan agar waktu yang dibutuhkan lebih singkat dan juga meningkatkan efiesiensi kinerja dari proses pemasakan chip menggunakan white liquor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kayu Eucalyptus pelita dan Acasia crassicarpa pada proses pemasakan terhadap kualitas pulp.Barlian SyaidiRENI DESMIARTI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413PENGARUH PENGGUNAAN REFINER SERI DAN REFINER PARALEL TERHADAP POWER CONSUMPTION DAN KUALITAS KERTAS DI PAPER MACHINE 3 PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER-YOSEP
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26392
Paper Machine merupakan suatu departemen di PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang berfungsi untuk memproses pulp menjadi kertas melalui proses refining. Proses refining menggunakan alat yaitu refiner yang bertujuan untuk memodifikasi morfologi dan karakteristik serat dengan membentuk fibrilasi. Adapun kualitas yang harus diperhatikan pada proses refining adalah freeness, porosity, dan tensile strength. Freeness berhubungan dengan flow short fiber (flow SF) dan filling wear, porosity berhubungan dengan flow ash sedangkan tensile strength berhubungan dengan flow long fiber (flow LF). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan adanya modifikasi dari refiner sistem paralel dan sistem seri dengan meneliti sampel pulp dari masing-masing jenis refiner. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan pengaruh operasi refiner terhadap kualitas kertas yaitu: freeness, porosity, dan tensile strength serta mengetahui pengaruh sistem refiner terhadap penggunaan power consumption. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan refiner sistem paralel lebih unggul penggunaannya untuk menghasilkan kualitas kertas yang baik.YOSEP ANDRE PRATAMAELLYTA SARI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413SINTESIS CRUDE BIODIESEL DARI PFAD MELALUI PROSES ESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS PADAT KARBON TERSULFONASI-TAMI
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26396
Penelitian ini bertujuan Menentukan kondisi optimum reaksi esterifikasi PFAD menggunakan katalis karbon tersulfonasi yang memiliki unjuk kerja terbaik. Pada proses pembuatan katalis diperoleh katalis terbaik yaitu katalis dengan lama proses sulfonasi selama 1 hari dengan konsenttrasi asam sulfat sebesar 7,1% v/b yang memperoleh konversi FFA sebesar 54,9208%. Pada proses penentuan kondisi optimum reaksi esterifikasi dengan memvariasikan rasio PFAD:Metanol dan berat katalis yang digunakan, diperoleh kondisi yang paling optimum yaitu rasio PFAD:Metanol sebesar 1:2,7 v/v dan berat katalis sebesar 18,33% b/v yang menghasilkan konversi FFA sebesar 63,8739%.TAMI AFIFA HARIESTAMARIA ULFAH
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412Analisa Pengaruh CO2, H2O dan Hidrokarbon Pada Efektivitas Perpindahan Panas MHE (Main Heat Exchanger) di Oksigen Plant-RIDHO
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26398
Unit pemisahan udara kriogenik (ASU) mengeksploitasi fakta bahwa udara dapat cukup didinginkan untuk menjadi campuran cairan dan perbedaan suhu didihnya memungkinkan gas komponen dipisahkan dengan distilasi. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data-data dari plant 1 dan 2, yang didapatkan dari komputer Distributed Control System. Waktu untuk pengambilan data yaitu di 1 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan setelah defrosting. Hasil pengamatan oksigen plant 1, pada variabel 1 minggu MHE memiliki efektifitas 98,42% dan efisiensi 99,69%; efektifitas 99,69% dan efisiensi 99,08% pada variabel 3 bulan; efektifitas 98,02% dan efisiensi 97,80% pada variabel 6 bulan. Hasil pengamatan oksigen plant 2 yaitu pada variabel 1 minggu MHE memiliki efektifitas 99,11% dan efisiensi 98,62%; efektifitas 98,43% dan efisiensi 97,69% pada variabel 3 bulan; efektifitas 98,05% dan efisiensi 97,11% pada variabel 6 bulan. Dari hasil analisa dapat disimpulkan lamanya pabrik beroperasi berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi MHE. Penurunan efektitas dan efesiensi MHE pada plant 2 lebih besar dibandingkan dengan plant 1.RIDHO ILAHIRENI DESMIARTI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413PEMANFAATAN SILIKA DARI POZZOLAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN LARUTAN HYDROPHOBIC AGENT-ENDAH
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26400
Pemanfaatan sumber daya pozzolan di Kabupaten Padang Pariaman sudah waktunya untuk dilakukan. Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika serta alumina. Silika dapat bersifat hydrofilik maupun hydrophobic. Untuk mengetahui potensi pemanfaatan silika dari pozzolan dilakukan analisis berdasarkan modifikasi kimia menambahkan gugus pada silika. Komposit yang digunakan berbasis Polymer Matrix Composite (PMC), dengan Polydimethylsiloxane (PDMS) sebagai matrik dan SiO2 sebagai filler. Dengan menganalisis komposisi SiO2 dan PDMS menggunakan variasi metode pelapisan, serta jenis silika untuk mendapatkan sifat hydrophobic dan membentuk sudut kontak >90°, dilakukan analisis menggunakan Spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) untuk mengetahui gugus maupun komponen organik silika yang menunjukkan sifat hydrophobic dengan adanya vibrasi alkene, alkena, alkyl aryl ether, dan halo compound . Hasil penelitian menunjukkan bahwa silika dapat dijadikan bahan pembuatan larutan hydrophobic.ENDAH MUSTIKANINGTIASERDA RAHMILAILA DESFITRI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-29244114PEMBUATAN GRANULAR GULA SEMUT MENGGUNAKAN METODE PRILLING-KAISAR
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26417
Penelitian ini bertujuan untuk merancang peralatan Prilling nila/gula aren untuk produksi gula semut dan menentukan kondisi operasi alat Prilling. Hasil penelitian menujukkan bahwa ketinggian prilling tower dan pH mempengaruhi bentuk gula semut yang dihasilkan. Bentuk gula semut yang dihasilkan bervariasi tergantung denganpersentase pH dan ketinggian prilling tower yang diberikan. Perlakuan kondisi operasi yang menghasilkan gula semut terbaik terdapat pada ketinggian prilling tower 4m dan pH 6 dengan kadar air 2,28%, rendemen 85%.Kaisar Ali KmarlisPASYMI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412PEMBUATAN GRANULAR GULA SEMUT MENGGUNAKAN METODE PRILLING-VAYEF
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26418
Penelitian ini bertujuan untuk merancang peralatan Prilling nila/gula aren untuk produksi gula semut dan menentukan kondisi operasi alat Prilling. Hasil penelitian menujukkan bahwa ketinggian prilling tower dan pH mempengaruhi bentuk gula semut yang dihasilkan. Bentuk gula semut yang dihasilkan bervariasi tergantung denganpersentase pH dan ketinggian prilling tower yang diberikan. Perlakuan kondisi operasi yang menghasilkan gula semut terbaik terdapat pada ketinggian prilling tower 4m dan pH 6 dengan kadar air 2,28%, rendemen 85%.Vayef FahraziPASYMI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924412OPTIMASI PENGGUNAAN OKSIGEN DI OXYGEN DELIGNIFICATION DENGAN MELIHAT INDIKASI CURRENT SCRAPPER DAN NILAI KAPPA Optimization of Oxygen Usage in Oxygen Delignification by Monitoring Scrapper Current Indication and Kappa Value-Elizabeth
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26448
Oksigen delignifikasi merupakan tahap untuk mendelignifikasi pulp sehingga lignin yang masih ada didalam pulp dapat terlepas ikatannya dari pulp, dosis oksigen yang digunakan harus diatur agar mendapatkan kappa reduction sesuai target >45%. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengaruh oksigen terhadap indikasi load motor scrapper yang ada di reaktor 1 & 2 ODL stage. Penelitian menggunakan metode trial and error yang akan dilakukan di pabrik PT. RAPP. Penelitian dan percobaan dengan memvariasikan O2 charge dengan kenaikan 0,2 kg/ADt (Air Dry Ton of Pulp), range 10-11,6 kg/ ADt pada reaktor 1, dan 8-10,6 Kg/ADt pada reaktor 2. Dari hasil percobaan ini didapatkan hasil yaitu untuk mendapatkan nilai kappa reduction > 45% dengan menjaga load (current) motor di scrapper pada range 54-56% untuk reaktor 1 dan 60-65% untuk reaktor 2. Untuk masing-masing reaktor charge O2 pada load (current) tersebut berturut-turut sebesar 10,2-10,6 Kg/ADt dan 8,5-10,5 Kg/ADt.Elizabeth Anju Rosefine
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924419Analisa Pengaruh CO2, H2O dan Hidrokarbon Pada Efektivitas Perpindahan Panas MHE (Main Heat Exchanger) di Oksigen Plant-FEBRY
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26454
Unit pemisahan udara kriogenik (ASU) mengeksploitasi fakta bahwa udara dapat cukup didinginkan untuk menjadi campuran cairan dan perbedaan suhu didihnya memungkinkan gas komponen dipisahkan dengan distilasi. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data-data dari plant 1 dan 2, yang didapatkan dari komputer Distributed Control System. Waktu untuk pengambilan data yaitu di 1 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan setelah defrosting. Hasil pengamatan oksigen plant 1, pada variabel 1 minggu MHE memiliki efektifitas 98,42% dan efisiensi 99,69%; efektifitas 99,69% dan efisiensi 99,08% pada variabel 3 bulan; efektifitas 98,02% dan efisiensi 97,80% pada variabel 6 bulan. Hasil pengamatan oksigen plant 2 yaitu pada variabel 1 minggu MHE memiliki efektifitas 99,11% dan efisiensi 98,62%; efektifitas 98,43% dan efisiensi 97,69% pada variabel 3 bulan; efektifitas 98,05% dan efisiensi 97,11% pada variabel 6 bulan. Dari hasil analisa dapat disimpulkan lamanya pabrik beroperasi berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi MHE. Penurunan efektitas dan efesiensi MHE pada plant 2 lebih besar dibandingkan dengan plant 1.Febry SardiRENI DESMIARTI
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413Studi Efektivitas Pemanfaatan Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Sebagai Adsorben Pengurangan Kadar Amonia Limbah Cair Tahu-Amro
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26499
Limbah cair tahu mengandung gas-gas yang terdekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan seperti gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kandungan ammonia pada limbah cair tahu berkisar antara 21,4 mg/L hingga 33,5 mg/L. Angka ini sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 8 mg/L. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh ammonia yang berasal dari limbah cair tahu dan mengoptimalkan pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit. Pengurangan kadar ammonia ini dilakukan dengan metode adsorbsi, sedangkan metode analisis kadar ammonia menggunakan spektrofotometri. Arang aktif cangkang kelapa sawit diaktivasi menggunakan larutan H2SO4. Variasi waktu kontak yang digunakan adalah 30, 60, 90 dan 120 menit, sedangkan variasi massa adsorben adalah 2, 4, 6 dan 8gram. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimal untuk proses adsorpsi ammonia adalah 30 menit waktu kontak dengan 4gram jumlah arang aktif. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa arang aktif memenuhi standar kualitas dan cocok untuk mengurangi kadar ammonia dalam limbah cair tahu. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan untuk pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit untuk penurunan konsentrasi ammonia pada limbah cair tahu.Amro YuliantiErda Rahmilaila Desfitri
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924415Ekstraksi Bunga Telang Dengan Metode Ultrasonic Batch Untuk Pewarna Alami-GEMILIA
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26513
Telang flowers have a high anthocyanin content, so there are various preparations made from telang flowers. Anthocyanins can be extracted by maceration or ultrasonic bath. Anthocyanins are natural pigments that belong to the flavonoid group. This study aims to determine the optimum conditions for extracting telang flowers, where we compare the solvent between 5% acetic acid and 80% ethanol, and the extraction time. Then the determination of anthocyanin levels using the DPPH method with a spectrophotometer. The results of this study indicate that the anthocyanin yield in 80% ethanol solvent and 5% acetic acid at 60 minutes extraction time is higher than the extraction time of 90 minutes and 120 minutes, this is likely due to the long heating process so that damage to anthocyanins occurs.Gemilia UlriErti Prapurti
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413Ekstraksi Bunga Telang Dengan Metode Ultrasonic Batch Untuk Pewarna Alami-HAMIDAH
https://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php/JFTI/article/view/26515
Telang flowers have a high anthocyanin content, so there are various preparations made from telang flowers. Anthocyanins can be extracted by maceration or ultrasonic bath. Anthocyanins are natural pigments that belong to the flavonoid group. This study aims to determine the optimum conditions for extracting telang flowers, where we compare the solvent between 5% acetic acid and 80% ethanol, and the extraction time. Then the determination of anthocyanin levels using the DPPH method with a spectrophotometer. The results of this study indicate that the anthocyanin yield in 80% ethanol solvent and 5% acetic acid at 60 minutes extraction time is higher than the extraction time of 90 minutes and 120 minutes, this is likely due to the long heating process so that damage to anthocyanins occurs.HamidahErti Prapurti
Copyright (c) 2024
2024-11-292024-11-2924413