STRATEGI TINDAK TUTUR MEMOHON DALAM DRAMA JEPANG “GREAT TEACHER ONIZUKA (GTO)”

Authors

  • Fenty Seska Yulia
  • Syahrial .
  • Anwar Nasihin

Abstract

Abstract
In this study the authors analyze strategies of speech acts pleaded in the Japanese drama Great Teacher Onizuka (GTO). This study aims to invoke speech act strategies decrypt anything worn by the characters in the Japanese drama GTO. The method used in this research is descriptive and theoretical methods that I use to analyze the data in this study is the theory Trosborg. Trosborg classifying speech acts pleaded into four categories with eight subcategories, namely, category I act indirectly pleading with strategy 1 cue (cue strong and weak), category II acts conventionally indirect (speaker-oriented) and strategy 2 (willingness, ability , permission) and strategy 3 (formula advice), category III acts conventionally indirect (hearer-oriented) with strategy 4 (desire) and strategy 5 (needs), and category IV petition directly with strategy 6 (liabilities), strategy 7 (performative), and strategy 8 (imperative). From the research that I have found in a Japanese drama GTO, invoke speech act strategies are most widely used by the characters in the Japanese drama is imperative that a strategy of direct application. Imperative strategy is usually used by people who have a higher power to people who have less power or have the same powers and also has a close relationship between the narrator and hearer when making a request. strategic imperatives can also be used by people who have less power to those who have a higher power depending on the situation during a speech. In that japanese drama there are many strategies, not only the imperative strategy but also the other ones, directly or not. When the speech acts apply, we can use the one of strategies depend on situation of speech act took place. Keywords: Speech Acts Pleading, speaker, hearer
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang di pakai oleh manusia untuk menyampaikan maksud atau tujuan dari si penutur kepada petutur. Hanya saja cara penyampaian setiap orang berbeda-beda, bergantung pada situasi pada saat terjadinya peristiwa tutur. Chaer dan Agustina ( 2004 : 50-56 ) menyatakan bahwa tindak tutur sebenarnya merupakan salah satu fenomena dalam masalah yang lebih luas yang dikenal dengan istilah pragmatik. Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan berkelangsungan yang ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu, tetapi dalam
tindak tutur lebih dilihat pada makna atau tindakan dalam urutannya. Searle ( dalam Wijana, 1996 : 17-20 ) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada 3 jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur , yakni tindak lokusi ( locutionary act ), tindak ilokusi ( ilocutionary act ), dan tindak perlokusi ( perlocutionary act ). Kajian yang penulis bahas adalah tentang tindak tutur memohon yang merupakan salah satu dari bentuk tindak ilokusi, direktif. Tindak direktif yaitu tindakan yang akan dilakukan tertuju kepada penutur. Akan tetapi, tindak direktif juga bisa mengungkapkan maksud penutur ( keinginan atau harapan ) sehingga ujaran atau sikap yang diungkapkan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh penutur. Penulis mendeskripsikan tindak tutur memohon dalam bahasa Jepang sesuai dengan strategi memohon menurut Trosborg ( dalam Diana : 2010 ). Penulis mengambil data tindak tutur memohon tersebut dalam drama Jepang berjudul GTO (Great Teacher Onizuka). Penulis memilih drama Jepang ini karena tindak tutur memohon, baik secara langsung maupun tidak langsung, banyak terdapat dalam drama Jepang ini. Selain itu, bentuk memohon yang digunakan para tokoh dalam drama Jepang ini juga beraneka ragam yang bergantung pada situasi pada saat melakukan tuturan dan kepada siapa si penutur berbicara. Oleh karena itu, penulis tertarik ingin membahas tindar tutur memohon yang ada dalam drama Jepang berjudul GTO (Great Teacher Onizuka) ini.
Ada empat penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini yang di kemukakan sebagai berikut : Sri Madona (2007) dalam skripsi berjudul “Tindak Tutur Perintah dalam Film SUKEBAN DEKA” membahas bentuk tindak tutur memerintah yang ada dalam film tersebut, Diana Kartika (2009) menulis disertasi berjudul “Kesantunan Tindak Tutur Memohon dalam Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Jepang : Penelitian Naturalistik pada Program BIPA”, Efni Aprilia (2003) menulis makalah berjudul “Penggunaan Kalimat Perintah dalam Bahasa Jepang” , dan Ita Zulaika menulis artikel jurnal berjudul “Tindak Tutur Memohon Bahasa Jepang dalam Buku Nameraka Nihongo Kaiwa”. Dari keempat penelitian terdahulu di atas, ada beberapa perbedaan dengan penelitian penulis. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Sri Madona, Efni Aprilia, dan Ita Zulaika adalah terdapat pada teori yang digunakan dalam penelitian masing-masing. Selain itu, mereka lebih menekankan penelitian mereka pada bentuk kalimat memohon dan perintah dalam bahasa Jepang tanpa
melihat bagaimana situasi pada saat melakukan tuturan tersebut. Hal itu berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Penulis melihat dari konteks, situasi, maupun kekuasaan serta strategi apa yang dipakai seorang penutur pada saat melakukan sebuah tuturan kepada petuturnya. Sementara itu, perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Kartika adalah dari teori kesantunannya. Penelitian penulis tidak mengaitkannya pada tingkat kesantunan karena, hanya melihat strategi tindak tutur memohon, baik langsung maupun tidak langsung dalam bahasa Jepang. Selain itu, Diana Kartika meneliti bentuk memohon oleh penutur asing yang belajar bahasa Indonesia, sedangkan penelitian penulis memusatkan perhatian pada tindak tutur memohon dalam bahasa Jepang yang penuturnya sendiri adalah para tokoh yang ada dalam drama Jepang yang penulis teliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari Trosborg ( dalam Diana, 2010) yang mengelompokkan tindak tutur memohon ke dalam empat kategori dan delapan substrategi yaitu, kategori I tindak memohon tidak langsung dengan strategi 1 isyarat ( isyarat kuat dan lemah ), kategori II tindak tidak langsung secara konvensional ( berorientasi pada penutur ) dengan strategi 2 ( kemauan, kemampuan, keterbolehan ) dan strategi 3 ( formula saran ), kategori III tindak tidak langsung secara konvensional ( berorientasi pada petutur ) dengan strategi 4 ( keinginan ) dan strategi 5 ( kebutuhan ), dan kategori IV permohonan langsung dengan strategi 6 ( kewajiban ), strategi 7 ( performatif ), dan strategi 8 ( imperatif ).
Selain teori di atas, penulis juga mengkaitkan penelitian ini dengan hubungan antara penutur dan petutur. Roger Bown dan Albert Gilman (2003 : 158-163) dalam Gita Nurhasanah (2010 : 17) mengungungkapkan bahwa di dalam suatu peran ada dua aspek yang menghubungkan penutur dengan petutur, yaitu aspek kekuasaan dan aspek solidaritas. Kedua aspek ini ditentunkan oleh dua faktor yaitu jarak vertikal dan pemeran atas pemeran yang lain. Kekuasaan yang dimaksud dapat berupa kekuatan fisik, kekayaan, usia, kekuasaan institusi, dan lain-lain. Sumbu horisontal mengukur sebuah faktor yang dinamakan faktor solidaritas. Solidaritas adalah rasa yang timbul karena adanya persamaan atau kemiripan dalam cara berpikir dan tingkah laku, antara lain agama, profesi, jenis kelamin, tempat kelahiran, dan keluarga. Solidaritas juga muncul karena adanya kontak / hubungan yang terus menerus atau juga karena kesamaan tujuan. Scollon dan Scollon ( 2001 : 52 ) dalam Bima
Anggreni ( 2008 : 17 ) menyatakan bahwa hubungan antara penutur dengan petutur dalam melakukan tuturan tidak dapat dilepaskan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi sebuah tuturan di antaranya power atau kekuasaan dan distance atau jarak yang terdapat di antara penutur dengan petutur. Power atau kekuasaan (P) mengacu kepada ketiga tipe hubungan status sosial antara penutur dan petutur, yaitu apakah status lebih tinggi, sejajar, ataupun lebih rendah dari penutur. Distance atau jarak (D) mengacu kepada jarak secara kejiwaan (psychological distance) yang terdapat pada penutur dan petutur.
Masalah penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi tindak tutur memohon yang digunakan para tokoh dalam drama Jepang berjudul Great Teacher Onizuka? dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur memohon yang digunakan para tokoh dalam drama Jepang Great Teacher Onizuka.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, Maksudnya, penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa gambaran bahasa yang biasa dikatakan sifatnya potret yaitu seperti apa adanya( Sudaryanto, 1992:62 ).
Sumber data penelitian ini ialah Film Jepang berjudul Great Teacher Onizuka dari episode 1 sampai dengan episode 5. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi nonpartisipan. Menurut Margono ( 2005 : 161-162 ), observasi nonpartisipan merupakan suatu “ proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Peneliti mengamati strategi tindak tutur memohon yang di pakai para tokoh dalam drama Jepang tersebut lalu mencatatnya. Setelah itu, peneliti mengklasifikasi tindak tutur memohon tersebut sesuai dengan teori yang peneliti pakai dan menganalisisnya.
Teknik analisis data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman ( 1992 : 16 ). Adapun tahapan analisis datanya sebagai berikut : Pengumpulan data yaitu Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan fokus penelitian, reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, penyajian data adalah
sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, dan pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan setelah selesai melakukan penyajian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data tindak tutur memohon yang penulis temukan dalam drama Jepang tersebut sebanyak 109 data. Data-data tersebut penulis klasifikasikan menjadi empat kategori yang terdiri dari delapan subkategori sebagai berikut.
1. Kategori I Tindak Memohon Tidak Langsung.
Strategi 1 Isyarat
Percakapan ini terjadi di dalam kelas antara siswa dengan siswi. Nama siswa itu adalah Yoshikawa dan nama siswinya adalah Anko. Mereka teman sekelas dan juga teman dari sejak kecil. Tetapi karena diwaktu mereka SMP ada kejadian yang membuat Anko ini menjadi benci kepada teman semasa kecilnya ini dan sekarang Anko sering memperlakukan Yoshikawa dengan buruk di sekolah.
杏子:お小遣い足りなくなっちゃって,困ってんの。助けて。
Anko :Okozukaitarinakunatte, komattenno. Tasukete.
Anko : Saya tidak memiliki uang saku yang cukup. Bantu saya.
吉川 :ないよ お金なんて。
Yoshikawa : Naiyo okanenante.
Yoshikawa : Saya tidak punya uang.
Analisis :
Pada data di atas dapat dilihat Anko memohon kepada Yoshikawa agar mau memberikan dia uang saku. Anko mengatakan お小遣い足りなくなっちゃって,困ってんの。 助けて。(Okozukaitarinakunatte,komattenno. Tasukete.) „saya tidak memiliki uang saku yang cukup. Bantu saya‟ yang secara tidak langsung memohon kepada Yoshikawa untuk memberikan dia uang saku. Tuturan Anko お小遣い足りなくなっちゃって,困ってんの (Okozukaitarinakunatte, komattenno) alasan ini yang menyatakan dia memohon secara tidak langsung dan isyarat yang digunakan kuat karena dia dengan jelas ingin meminta uang kepada Yoshikawa dengan mengisyaratkan kalau uang sakunya sudah tidak cukup lagi. Meskipun Anko tidak mengatakan “berikan uangmu” kepada Yoshikawa tetapi tuturan Anko sudah menyatakan
kalau dia ingin meminta uang kepada Yoshikawa.
2. Kategori II Tindak Tidak Langsung Secara Konvensional
Strategi 2 Kemampuan, Kemauan, dan Keterbolehan.
Pada percakapan ini ibu Direktur dari sekolah Meishu datang menemui pak Onizuka. Ibu direktur ingin pak Onizuka mengajar di sekolah yang ia pimpin yaitu sekolah Meishu. Dia merasa kalau pak Onizuka mampu untuk mengajar di sekolahnya. Ibu direktur berharap pak Onizuka dapat mengajari murid-murid di sekolahnya dengan baik, tidak hanya dalam pelajaran, tetapi juga pejaran hidup dan berbagai hal lainnya yang tidak ada dipelajari dimata pelajaran apapun.
理事長 : 理事長である私から お願いします。我が名集学苑で教べんをとっていただけませんか?鬼塚君。いいえ。。鬼塚先生。
Rijichou : Rijichou de aru watashikara onegaishimasu. Ware ga Meishuugakuen de kyouben wo totteitadakemasenka? Onizukakun. Iie, Onizuka Sensei.
Bu Direktur : Saya sebagai direktur secara resmi meminta anda. Bersediakah anda mengajar di sekolah kami, SMA Meishuu? Saudara Onizuka. Oh bukan, bapak Onizuka
鬼塚 : 俺は先生?
Onizuka : Ore ha sensei?
Onizuka : saya jadi guru?
Analisis :
Pada data ini bu Direktur sekolah Meishuu memohon kepada saudara Onizuka agar mau mengajar di sekolahnya. Bu Direktur memohon kepada saudara Onizuka dengan menanyakan kemauan saudara Onizuka untuk mengajar di sekolah Meishu. Hal itu terlihat dari tuturan bu Direktur 我が名集学苑で教べんをとっていただけませんか?( Ware ga Meishuugakuen de kyouben wo totteitadakemasenka?) ‘Bersediakah anda mengajar di sekolah kami, SMA Meishuu?‟ bu Direktur memohon secara tak langsung dan menggunakan strategi kemauan kepada saudara Onizuka agar permohonannya dapat diterima dengan baik karena pada saat itu bu Direktur dan Sudara Onizuka belum kenal satu sama lain. Mereka berdua masih belum akrab. Hanya pernah bertemu sekali dan pada saat itu kebetulan
saudara Onizuka sedang bekerja sebagai tukang kebun paruh waktu di sekolah Meishu.
Strategi 3 Formula Saran
Pada percakapan ini terjadi antara seorang kepala polisi dan sekretarisnya. Sekretarisnya ini ingin kepala polisi memeriksa panggilan darurat yang datang dari putrinya, Katsuragi Miki. Karena putrinya selalu menggunakan sistem panggilan darurat itu untuk bermain – main, maka kepala polisi sudah tidak percaya lagi kepada anaknya. Kepala polisi mengabaikan panggilan darurat yang datang dari putrinya dan lebih mementingkan pekerjaannya.
時田 : 署長お嬢様の件ですが、
念のため調べたほうがよろしいのではありませんか?
Tokida :Shochou, ojousama no kendesuga, nen no tame shirabeta houuga yoroshii no de ha arimasenka?
Tokida : Pak kepala, tentang putri bapak, tidakkah lebih baik memeriksa untuk memastikannya pak?
署長 : 必要ないと言っただろう 。
Shocho : Hitsuyo nai to ittadarou.
Kepala :Saya katakan tidak perlu.
Analisis:
Pada data di atas saudari Tokida memohon kepada atasannya kepala polisi agar memeriksa panggilan darurat yang datang dari putri kepala polisi itu sendiri. Dia memohon secara tak langsung dengan menggunakan strategi formula saran. Hal itu terlihat dari tuturan念のため調べたほうがよろしいのではありませんか?(nen no tame shirabeta houuga yoroshii no de ha arimasenka?) ‘tidakkah lebih baik memeriksa untuk memastikannya pak?‟. Tokida memohon secara tidak langsung kepada kepala polisi dengan menyarankan lebih baik memeriksanya terlebih dahulu. Tuturan yang digunakan Tokida juga halus karena dia sedang berbicara dengan atasannya. Kekuasaan
( power ) kepala polisi sudah pasti lebih tinggi dibandingkan sekretaris. Karena itu, Tokida menggunakan tuturan memohon tidak langsung dengan strategi formula saran yang bersifat menyarankan bukan memerintah atau menyuruh karena ia sedang berbicara dengan atasannya yaitu orang harus dihormati oleh Tokida.
3. Kategori III Tidak Langsung Secara Konvensional
Strategi 4 Keinginan
Pada percakapan ini terjadi antara pak Onizuka dengan temannya, Saejima. Saejima adalah seorang petugas polisi. Mereka berteman sudah sangat lama dan sangat akrab. Mereka juga tinggal bersama. Pada saat itu pak Onizuka meminta mencarikan data seseorang di kantor polisi kepada Saejima agar dapat membantu muridnya.
鬼塚先生 : 冴島,
ちょっと調べてほしいことあんだけどよ。
Onizuka Sensei: Saejima, chotto shirabete hoshii koto andakedoyo.
Pak Onizuka : Saejima, saya ingin kamu untuk memeriksa sesuatu.
冴島 : 何ですか?
女の住所っすか?
Saejima : nandesuka? Onna no juushossuka?
Saejiama : Apa itu ? Alamat seorang perempuan?
鬼塚先生 :ああ、まあ 俺の大事な女じゃないけどな。
Onizuka Sensei: Aa, maa ore no daijina onna jyanaikedona.
Pak Onizuka : ya, tapi bukan wanitaku yang penting.
Analisis:
Pada data ini pak Onizuka memohon kepada temannya Saejima dengan menyatakan keinginannya untuk mencari sesuatu. Hal itu terlihat pada tuturan 冴島 ちょっと調べてほしいことあんだけどよ (Saejima, chotto shirabete hoshii koto andakedoyo.) „Saejima, saya ingin kamu untuk memeriksa sesuatu.‟ Yang mempertegas ini adalah permohonan tidak langsung dengan menyatakan keinginan penutur adalah dengan adanya kata ほしい (hoshi) yang berarti ingin. Meskipun Saejima seorang polisi, pak Onizuka hanya menggunakan tuturan memohon dengan strategi kenginan. Hal itu terjadi karena ia sangat dekat dengan Saejima. Kekuasaan ( power ) polisi dibandingkan seorang guru sedikit lebih tinggi. Tetapi hal seperti itu tidak jadi masalah karena keakraban mereka tadi. Pak Onizuka dapat berbicara lebih santai dan tidak terlalu formal ketika berbicara dengan Saejima.
Strategi 5 Kebutuhan
Pada percakapan ini pak Onizuka menghubungi temannya Naomi. Dia meminta bantuan Naomi untuk melakukan sesuatu.
鬼塚先生 :もしもし 奈緒美?ちょっと頼みがあるんだけど。
Onizuka Sensei: Moshimoshi Naomi? Chotto tanomi ga arundakedo.
Pak Onizuka : Halo, Naomi? Saya perlu sedikit bantuan anda.
Analisis:
Pada data ini Pak Onizuka memerlukan sedikit bantuan temannya. Karena itu dia memohon kepada temannya. Hal itu terlihat pada tuturan ちょっと頼みがあるんだけど。(Chotto tanomi ga arundakedo.) ‘Saya perlu sedikit bantuan anda‟. Pak Onizuka memohon kepada temannya secara tidak langsung dengan hanya mengatakan kalau dia butuh bantuan dari temannya ini. Dengan hanya mengatakan seperti pada data [20] di atas sudah menyatakan kalau itu adalah sebuah tuturan memohon karena menginginkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan.
4. Kategori IV Permohonan Langsung
Strategi 6 Kewajiban
pada percakapan ini terjadi antara wakil kepala sekolah dan ibu Direktur. Wakil kepala sekolah yang di perlakukan kurang baik oleh saudara Onizuka memohon kepada ibu direktur untuk menangkap saudara Onizuka. Selain itu, mantan siswa dari sekolah itu juga membuat keonaran di sekolah karena dulu mereka dikeluarkan secara tidak baik dari sekolah.
教頭先生:警察に通報すべきです退学になった、くずどもだけではなくあの植木屋のくずも、このままほうらすれば、半税を繰り返すことは間違いありません!
Kyoutou Sensei: Keisatsu ni tsuuhou subekidesutaigakuninatta, kuzu domo dake dehanaku ano uekiya no kuzumo, kono mama houra sureba, hanzai wo kurikaesu koto ha machigai arimasen!
Wakil Kepala sekolah : Kita harus melaporkannya (Onizuka) kepada polisi. Tidak hanya megusir siswa sampah, tetapi juga harus menangkap tukang kebun sampah itu. Jika di biarkan mereka akan ulangi lagi berbuat jahat.
Analisis:
Pada data di atas, wakil kepala sekolah memohon kepada ibu Direktur untuk melaporkan kepada polisi terhadap apa yang telah diperbuat oleh saudara Onizuka kepada wakil kepala sekolah. Tuturan警察に通報すべきです退学になった ,
くずどもだけではなくあの植木屋のくずも、このままほうらすれば、半税を繰り返すことは間違いありません! (Keisatsu ni tsuuhou subekidesutaigakuninatta, kuzu domo dake dehanaku ano uekiya no kuzumo, kono mama houra sureba, hanzai wo kurikaesu koto ha machigai arimasen!) „ kita harus melaporkan kepada polisi. Tidak hanya megusir siswa sampah, tetapi juga harus menangkap tukang kebun sampah itu. Jika di biarkan mereka akan ulangi lagi berbuat jahat‟ inilah yang menyatakan permohonan langsung dari wakil kepala sekolah kepada ibu Direktur. Kewajiban dari ibu Direktur untuk melaporkan kepada polisi jika terjadi hal buruk di sekolah. Karena itu wakil kepala sekolah memohon secara langsung kepada ibu Direktur untuk segera menangkap saudara Onizuka yang pada saat itu masih menjadi tukang kebun paruh waktu di sekolah tersebut.
Strategi 7 Performatif.
Percakapan ini terjadi antara pak Onizuka, Haruka, dan pacarnya Ryouji. Haruka sebenarnya adalah anak dari kalangan biasa saja, tetapi demi pacarnya dia berusaha tampil modis seperti layaknya orang kaya. Dia juga mengbohongi semua temannya dengan mengatakan bahwa dia adalah anak dari orang kaya. Agar penampilan selalu terlihat modis, dia bekerja paruh waktu setiap malam disebuah bar. Yang tahu kalau dia adalah bukan orang kaya hanyalah teman satu kelasnya yang juga teman masa kecilnya Murai. Ketika mereka berdua sedang pergi bekencan, Pak Onizuka yang juga sudah tahu kebenaranya, memberitahukan semua tentang Haruka kepada pacarnya. Itu dilakukan pak Onizuka karena pak Onizuka tahu kalau Ryuji bukanlah cowok baik-baik yang hanya memanfaatkan Haruka. Karena hal itu, Ryouji jadi marah dan meninggalkan Haruka.
鬼塚先生 :ほんとは貧乏のくせして
無理して自分もブランドもん付けて。
相手に釣り合おうとしちゃってんですよ。
Onizuka sensei: Hontou ha binbou no kuseshite, murishite jibun mo furandomon tsukete. Aite ni tsuri aoutoshichattendesuyo.
Pak Onizuka : Sebernanrnya dia seorang gadis miskin tetapi dengan baju bermerek. Dia memaksakan diri agar bias setara dengan anda.
遥 :もう やめて!亮治君 こんなの うそだよ。全部うそ。
だから、まともに聞かなくていいからね
Haruka : Mou yamete! Ryoujikun konna no uso dayo. Dakara matomoni kikanakute iikarane.
Haruka : Sudah cukup, hentikan! Ryouji itu semua tidak benar, semuanya bohong. Jadi jangan dengarkan dia.
亮治 :俺めんどくさいのは
嫌なんだけど。
Ryouji : Ore mendokusainoha kirainandakedo.
Ryouji : saya benci situasi yang tidak menyenangkan.
遥 :えっ,ちょっと待ってよ, 亮治君
Haruka : Ets..chotto matte yo、Ryouji!
Haruka : Eh..tunggu Ryouji!
遥 : 療治君、
さっきのは違うの
全部うそだから。
だからお願い、私のこと嫌いにならないで。
Haruka : Ryoujikun, sakkinoha chigau no zenbu uso dakara. Dakara onegai, watashi no koto kirai ni naranaide.
Haruka : Ryouji, yang tadi itu semuanya bohong, saya tidak seperti itu. Karena itu, saya mohon, jangan membenci saya.
Analisis :
Pada data di atas, Haruka memohon secara langsung kepada Ryouji, pacarnya, agar tidak mempercayai semua perkataan dari pak Onizuka dan jangan membenci dia karena hal itu. Dia memohon dengan mengatakan だからお願い、私のこと嫌いにならないで(Dakara onegai, watashi no koto kirai ni naranaide) ‘Karena itu, saya mohon, jangan membenci saya‟. Permohonan yang Haruka lakukan adalah permohonan langsung dengan strtegi performatif. Kata お願い (onegai) ini yang merupakan verba performatif dari tuturan Haruka tersebut dan ini juga sebagai penanda bahwa ini merupakan tuturan langsung dengan strategi performatif.
Strategi 8 Imperatif
Pada percakapan ini wakil kepala sekolah mencoba mengusir mantan murid dari sekolah Meishu tersebut. Mantan murid tersebut membuat keributan di sekolah karena mereka marah terhadap wakil kepala sekolah yang mengeluarkan mereka dari sekolah.
教頭先生 :おい!お前たち! ここをどこだと思ってるんだ! さっさと出て行け!警察呼ぶぞ!
Kyoutou Sensei: Oi ! Omaetachi! Kokowo dokodatoomotterunda!Sassatodeteike! Keisatsu yobuzo!
Wakil Kepala Sekolah: Oi! Kalian ! apa yang kalian fikirkan melakukan sesuatu disini? Cepat keluar ! saya akan memanggil polisi!
元生徒 : うるさい!
Motoseito : Urusai !
Mantan siswa : Berisik !
Analisis:
Pada data di atas wakil kepala sekolah menyuruh mantan siswa yang membuat keributan tersebut untuk segera keluar dari sekolah. Tuturan memohon langsung imperatifnya dapat kita lihat dari tuturan さっさと出て行け! (Sassatodeteike!) ‟cepat keluar!‟. wakil kepala sekolah pada saat itu memohon secara langsung dengan memerintah mereka secara tegas agar segera keluar dari sekolah itu. Meskipun cuma dengan mengatakan „segera keluar!‟ kepada mantan murid tersebut, tetapi ini sudah termasuk tuturan memohon langsung dengan strategi imperatif, yaitu perintah langsung. Selain itu, tuturan さっさと出て行け! (Sassatodeteike!)‟cepat keluar!‟ ini merupakan bentuk mereikei atau perintah langsung ini biasanya digunakan oleh orang yang memilki kekuasaan yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Strategi tindak tutur memohon yang banyak digunakan dalam drama Jepang Great Teacher Onizuka ini adalah strategi imperatif. Strategi imperatif ini merupakan strategi dengan bentuk tuturan paling langsung di antara strategi lainnya. Strategi ini biasanya digunakan oleh oarang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki kekuasaan yang lebih rendah karena bersifat memerintah. Tetapi orang sebaya atau yang lebih muda kepada yang lebih tua pun juga bisa menggunakan strategi ini. Hal ini tergantung kepada situasi pada saat melakukan tuturan tersebut. Tingkat keakraban pun juga mempengaruhi hasil tuturan. Semakin akrab seseorang maka biasanya akan membuat tuturan akan lebih biasa meskipun berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang memiliki kekuasaan lebih. Tidak hanya strategi imperatif ini saja, strategi lainnya juga tergantung pada hal seperti di atas, seperti
kekuasaan, tingkat keakraban, status, usia, dll.
Ucapan Terima Kasih
1. Terima kasih kepada Bapak Syahrial, S.S, M.Hum. selaku pembimbing 1 dan Bapak Anwar Nasihin, Drs. M.Hum. selaku pembimbing 2 yang telah banyak memberikan waktu, ide, pikiran serta masukan dalam membimbing penulis dalam penilisan skripsi ini.
2. Dr. Diana Kartika., sebagai Ketua Jurusan Sastra Asia Timur Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta dan dan juga selaku penguji, pembimbing akademik, dan sebagai orang tua juga teman bagi penulis yang juga telah banyak memberikan waktu, pikiran, ide, serta masukan dalam membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
3. Ibu Nur Sumie Ali, S.Pd., selaku penguji dan pembimbing ronbun yang telah banyak membantu penulis dan memberikan waktu, masukan dan pikiran kepada penulis skripsi ini.
4. Teristimewa untuk mama dan papa, adik – adik dan seluruh keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materiil dan selalu menyertakan do‟a
untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman – teman Sastra Jepang 09 teristimewa untuk IjusTachi dan keluarga di Maluku 10A juga Senpaitachi ( para senior ) dan semua pihak yang mendukung yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.
Daftar Pustaka
Anggreni, Bima. 2010. Analisis Tuturan Transfer Pragmatik. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia
Aprilia, Efni. 2003. Penggunaan Kalimat Perinah Bahasa Jepang. Makalah. Padang : Universitas Bung Hatta.
Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT Rineka Cipta
Kartika, Diana. 2010. Kesantunan Tindak Tutur Memohon dalam Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Jepang. Padang : Lembaga Kajian Aset Budaya Indonesia.
---------------.2009.Kesantunan Tindak Tutur Memohon dalam Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa Jepang ( Penelitian Naturalistik pada Program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing ( BIPA ), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya ( FIB ), Universitas Indonesia). Disertasi. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Madona, Sri. 2007. Tindak Tutur Perintah dalam Film Sukeban Deka : Kajian Pragmatik. Skripsi. Padang : Universitas Bung Hatta.
Margono. 2005. Meotode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Miles, M.B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI. Press.
Nababan.1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta : PT Gramedia
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nursanah, Gita. 2010. Tindak Tutur Mengeluh dalam Bahasa Jepang. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta : Gajah Mad University Press.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Prgmatik. Yogyakarta : Andi.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta : Putaka Pelajar.
Zulaika Ita, dkk. 2011. Tindak Tutur Memohon Bahasa Jepang dalam Buku Nameraka Nihongo Kaiwa. Jurnal. Riau : Universitas Riau.

Author Biography

Fenty Seska Yulia

Jurusan Sastra Asia Timur

Downloads

Published

2013-09-13