PENGGUNAAN KANDOUSHI YANG MENYATAKAN PERASAAN DILIHAT DARI SEGI POWER AND SOLIDARITY
Abstract
Kandoushi adalah salah satu kelas kata dalam Bahasa Jepang yang termasuk jiritsugo (kata yang berdiri sendiri) tidak bisa menjadi keterangan, tidak bisa menjadi subjek, tidak bisa berubah bentuk dan tidak bisa menjadi kata penghubung. Tetapi, kelas kata ini dapat menjadi sebuah bunsetsu atau kalimat dengan sendirinya walaupun tanpa bantuan kelas kata lain (Sudjianto dan dahidi, 2004: 169). Masyarakat Jepang memiliki ciri khas yang unik dalam mengutarakan apa yang dirasakannya melalui gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, hingga pengucapan kata secara lisan yang intonasinya diubah untuk menunjukkan perasaan yang dirasakan oleh pembicara. Dalam kelas kata Bahasa Jepang terdapat pembagian kelas kata, salah satunya adalah kandoushi Kandoushi adalah menyatakan ungkapan perasaan, jawaban, panggilan dan salam. Menurut Tareda Takano (1984), menggolongkan kandoushi menjadi 4 jenis, yaitu: kandou, outou, yobikake, dan aisatsugo. Kandou digunakan untuk mengungkapkan rasa bingung, heran, kagum, terkejut, aneh, takut, dan tidak percaya. Outou digunakan untuk menyatakan persetujuan, ketidaksetujuan, penolakan serta penyangkalan. Yobikake digunakan untuk menyatakan panggilan, suruhan, ajakan, dan untuk meminta perhatian lawan bicara. Sedangkan aisatsugo digunakan untuk menyatakan salam. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang Penggunaan Kandoushi kandou (impresi) dari segi hubungan antara penutur dan petutur dalam Anime Meitantei Conan. Dalam Anime Meitantei Conan terdapat berbagai tindak tutur kandoushi dan penekanan ekspresi dalam Anime Meitantei Conan yang sangat mudah untuk dipahami karena adanya berbagai tokoh, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Karena hal inilah penulis tertarik mengambil Anime Meitantei Conan sebagai temuan data dalam penulisan ini. Dalam penggunaan kandoushi berkaitan dengan dimana tuturan tersebut berlangsung, kapan terjadi tuturan, dan siapa yang menjadi penutur dan petutur. Berdasarkan latar belakang di atas, hubungan antar petutur dan penutur saat penggunaan kandoushi oleh konteks atau situasi tuturan. Oleh karena itu penulis tertarik membahas Penggunaan Kandoushi Yang Menyatakan Perasaan Dilihat Dari Segi Power and Solidarity.References
Anggreni, B. (2008). Analisis Urutan Strategi Penolakan dalam Bahasa Jepang oleh Pemelajar Bahasa Jepang Tingkat III S1 FIB UI: Studi Mengenai Transfer Pragmatik. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Kartika, Diana. (2019). Teori Tindak Tutur. Padang: Tonggak Tuo.
Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mahsun. (2007). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nazir. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian wahana Kebudayaan Secara Linguistik). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudjianto, Ahmad Dahidi. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.
Syahrial. (2019). Pronomina Persona Bahasa Jepang Berdasarkan Gender (Kajian Struktur Dan Semantik). Jurnal Kata: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra vol 3 no.1. Padang: Kopertis Wilayah X.
Tareda, T. (1984). Chuugakusei no Kakubunpo. Tokyou: Shoryudo.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.