KARUTA DAN PELESTARIANNYA

Abstract

Permainan Karuta berasal dari Portugis yang masuk ke Jepang, disebut dengan Carta. Karuta merupakan salah satu bentuk permainan kartu Jepang yang masih bertahan sampai saat ini. Karuta lahir dan berkembang melalui berbagai proses pasang surut perkembangan. Akhirnya Karuta menemukan bentuk yang sempurna dan sukses dimainkan sehingga menjadi salah satu permainan terkenal di Jepang saat ini. Karuta temasuk permainan yang agung dan masih terdapat nilai sejarah dan unsur budaya, sastra, dan juga kaya akan seni. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebudayaan dari Koentjaraningrat[1], bahwa unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu sebagai suatu ide, sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia, benda- benda hasil karya manusia. Teori pelestarian dari Chaedar[2] menjelaskan bahwa sebuah upaya yang berdasar, dan dasar ini disebut juga faktor-faktor yang mendukungnya baik itu dari dalam maupun dari luar dari hal yang dilestarikan. Maka dari itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian mengenal strategi atapun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya masing-masing Penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait objek yang diteliti adalah Wijaya (2012)[3], Pratiwi (2018)[4], Haq (2019).[5] Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah berfokus pada pelestarian permainan Karuta di Jepang dari upaya tiga pihak, masyarakat, pemerintah, dan swasta.