KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM ACARA KOMEDI OPERA VAN JAVA
Abstract
AbstractPoliteness utterances are how the language show the speaker social line and the partner of speaker and they relationship in the social environment. A conversation in imperative polite word is influenced by contexts or indexal information. Indexal information is a speaker, partner of speaker, situation, and social line. In the imperative politeness each of imperative word has a sign of imperative politeness. The function of sign is to know the level of word imperative politeness. This research purpose to describe the form of imperative word in the comedy Opera Van Java. The research problem is how the imperative impolite word in the comedy Opera Van Java. The method for this research is descriptive method. The result of research of the use of imperative impolite sixteen kind of imperative word there are (1) the coman of imperative word, (2) the ask of imperative word, (3) the request of imperative word, (4) the pleasant of imperative word, (5) the push of imperatif word, (6) the seduce of imperative word, (7) the order imperative word, (8) the asking imperative word, (9) the invitation imperative word, (10) the ask permition imperative word, (11) the permition of imperative word, (12) the forbid of imperative word, (13) the hope imperative word, (14) the sweard word of imperative word, (15) the congrate say of imperative word, and (16) the attention of imperative word. Each of the sign by word signal.
Keywords : politeness untterances, imperative word, and Opera Van Java
Pendahuluan
Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji pemakaian bahasa secara eksternal. Maksudnya, kajian pragmatik lebih memfokuskan semua hal yang berada di luar bahasa atau mengkaji makna yang tersirat di balik sebuah ujaran atau tuturan. Makna dan ujaran tersebut terkait dengan konteks dan situasi tutur. Hal ini diperjelas oleh Levinson (dalam Rahardi, 2005: 48) bahwa pragmatik sebagai studi bahasa mempelajari bahasa dengan konteks. Analisis pragmatik meletakkan dasar pijakannya pada fungsi-fungsi bahasa. Menurut Rahardi (2005:6) tuturan yang dijadikan objek sasaran dalam kajian ini adalah fungsi imperatif.
Tuturan imperatif terbagi dua yaitu wujud formal dan wujud pragmatik. Wujud formal adalah bentuk tuturan secara struktural, sedangkan wujud pragmatik imperatif didasarkan pada konteks dan situasi tutur yang melatarbelakanginya. Di dalam tutran pragmatik imperatif tidak hanya berbicara konteks dan situasi tutur, tetapi juga berbicara tentang kesantunan terhadap tuturan. Di dalam tuturan perlu adanya kesantunan, hal ini karena kesantunan berbahasa akan menopang lancarnya komunikasi dan interaksi. Menurut Richard (dalam Rahardi, 2005:4) kesantunan adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial di antara penutur dan hubungan mereka di dalam masyarakat.
Penutur dan mitra tutur perlu memperhatikan kesantunan imperatif berbahasa dalam berbicara atau bertutur. Pada kenyataannya penutur memperhatikan kesantunan dalam bertutur, tetapi adakalanya mereka juga mengabaikan kesantunan tersebut. Hal ini terjadi karena jarak sosial antara para penutur dan faktor langsung atau tidak langsungnya sebuah tuturan. Berkaitan dengan ini penulis tertarik melakukan penelitian mengenai kesantunan tuturan imperatif dalam acara komedi Opera Van Java.
Opera Van Java merupakan tayangan yang menyajikan seni dan komedi yang terpadu dalam sebuah kesatuan sehingga tayangan ini sangat menghibur. Opera Van Java merupakan hasil dari seni popular, maksudnya tayangan ini merupakan sebuah tayangan yang komplit. Para wayang Opera Van Java melakukan interaksi dengan cara bertutur. Walaupun Opera Van Java merupakan acara komedi, tetapi para wayangnya selalu menjaga kesantunan dalam bertutur.
Penelitian yang berkaitan dengan tindak tutur atau tuturan pernah dilakukan oleh Yoffi (2013) pada penelitiannya yang berjudul “ Analisis Jenis Tindak Tutur Bahasa Minangkabau di daerah Sangir”. Hasil penelitiannya berupa tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tidak tutur lateral, tindak tutur tidak lateral, tindak tutur langsung lateral, tidak tutur tidak langsung lateral, tindak tutur langsung tidak lateral, dan tindak tutur tidak langsung tidak lateral yang ditemukan dalam bahasa Sangir. Jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung alam bahasa Sangir ada tiga jenis yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (introgatif), dan kalimat perintah (imperatif).
Sementara itu, penelitian penulis lakukan yaitu mengkaji bentuk tuturan imperatif dalam acara komedi Opera Van Java. Selain itu, penulis juga melihat unsure kesatunan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk kesantunan tuturan imperatif dalam acara komedi Opera Van Java. Kemudian tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kesantunan tuturan imperatif dalam acara komedi Opera Van Java.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1992:62) deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifat seperti potret: paparan seperti apa adanya.
Dalam mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan metode simak dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:13) metode padan adalah metode yang alat penetunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik dasar yaitu teknik pilah unsur penentu (PUP), alat penentunya adalah mitra wicara.
Hasil dan Pembahasan
Pada artikel ini, penulis membahas analisis kesantunan tuturan imperatif dalam acara komedi Opera Van Java di Stasiun Televisi Trans 7. Berdasarkan data yang diperoleh dari acara komedi Opera Van Java ditemukan enam belas tuturan imperatif. Lihat pembahasannya pada bagian berikut.
1. Tuturan Imperatif Perintah
Tuturan imperatif perintah yang ditemukan dalam acara komedi Opera Van Java ditandai dengan kata sini dan kata tarok.
Data berikut ini merupakan tuturan imperatif yang mengandung makna perintah. Hal itu terlihat dari tuturan yang dituturkan Parto kepada Markus. Perhatikan data berikut ini:
(1) Parto: Hey... sini ! sini ! tarok! Ngapain ini?
Markus: Saya pemalang, pak!
Parto: Pemulung masa pemalang !
Informasi indeksial:
Tuturan ini terjadi antara Parto dan Markus, saat itu Markus berperan sebagai pemulung.
Markus memulung semua barang-barang yang ada dipanggung. (dalam HDM)
Kata sini pada data (1) dituturkan penutur sebanyak dua kali. Pengulangan kata sini memiliki makna ketegasan. Kemudian kata tarok dituturkan penutur untuk lebih mempertegas maksud tuturan perintah dan tanggapan dari mitra tutur.
Berdasarkan skala kesantunan, tuturan ini termasuk ke dalam skala nomor lima yaitu skala jarak sosial. Jarak sosial itu ditandai dengan profesi Markus sebagai pemulung dan Parto sebagai dalang. Berdasarkan hal itu, tuturan yang dituturkan penutur dianggap tidak santun. Hal ini disebabkan oleh penutur tidak menyebutkan kata sapaan atau pengganti nama orang kepada siapa dia berbicara dan penutur menuturkan tuturan tersebut dengan nada tinggi dan terkesan kasar.
2. Tuturan Imperatif Suruhan
Pada acara komedi Opera Van Java ditemukan tuturan imperatif suruhan dengan menggunakan penanda coba. Perhatikan data berikut.
(2) Parto : Coba diajak ngobrol, Ki! Kita mau jadiin dia bintang tamu buat acara kita.
Ki Joko Bodo: Baik saya akan ajak bicara!
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh Parto kepada Ki Joko Bodo (paranormal) yang saat itu acaranya bertemakan jumat kliwon, Ki Joko Bodo adalah bintang tamu yang bisa berinteraksi dengan makhluk halus.
Kata coba pada data (2) menyatakan tuturan imperatif suruhan. Pada data (2) tersebut penutur menyuruh agar mitra tutur mengajak bicara suster ngesot yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Kata coba yang digunakan oleh penutur pada tuturan tersebut dilakukan untuk lebih menghormati mitra tutur dengan cara memberikan waktu kepada mitra tutur untuk mau berbincang-bincang dan merayu suster ngesot agar mau menjadi bintang tamu.
Berdasarkan skala kesantunan, tuturan tersebut termasuk ke dalam skala nomor lima yaitu jarak sosial. Tingkatan jarak sosial Ki Joko Bodo lebih tinggi dibandingkan Parto. Sehingga Parto menggunakan kata coba untuk menghormati Ki Joko Bodo.
3. Tuturan Imperatif Permintaan
Data berikut memperlihatkan tuturan imperatif permintaan dengan menggunakan penanda tolong. Simak data berikut.
(3) Andre: Saya dengar-dengar dokter lagi senang sama suster, ya?
Sule: Iya sama suster, cantik banget susternya! Kebetulan saya dari SD belum nikah-nikah sampai sekarang. Tolong, kamu rayuin dia buat saya ya!
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi antara Andre (sopir) dan Sule (dokter) di dalam ruang tunggu di
rumah sakit yang sibuk membicarakan suster cantik di rumah sakit .
Kata tolong yang terdapat pada data (3) menyatakan tuturan imperatif permintaan. Permintaan itu terlihat pada sikap penutur yang ingin menjadikan suster cantik sebagai kekasihnya dan dia meminta agar mitra tutur mau menolong merayukan suster cantik itu untuknya. Skala kesantunan pada data (8) termasuk ke dalam skala nomor lima yaitu jarak sosial. Jarak sosial itu ditandai dengan profesi Sule sebagai dokter dan Andre sebagai sopir. Penutur tetap menggunakan kata tolong untuk menghargai mitra tutur, meskipun mitra tutur seorang sopir. Dengan adanya kata tolong pada tuturan tersebut sebagai penanda kesantunan, tuturan imperatif ini tergolong tuturan santun.
4. Tuturan Imperatif Permohonan
Penanda mohon yang ditemukan pada Opera Van Java menyatakan bahwa tuturan itu merupakan tuturan imperatif yang mengandung makna permohonan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut ini.
(4) Sule: Adikku Maimun, aku mohon maaf karena selama ini aku telah mengolok-olok dirimu, tapi perlu kau tahu kalau aku sangat mencintaimu. Maukah kau menikah denganku?
Nunung: Tapi kamu selalu bikin aku sakit hati, hadidi!
Informasi Indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh Sule kepada Nunung. Sule datang ke rumah Nunung dan meminta maaf kepada Nunung dan Sule langsung mengatakan cintanya kepada Nunung.
Pemarkah mohon pada data (4) menyatakan bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif permohonan. Kata mohon yang dituturkan oleh penutur memiliki makna kesungguhannya atas permohonan maafnya kepada mitra tutur. Berdasarkan skala kesantunan tuturan ini masuk ke dalam skala nomor satu yaitu skala kerugian dan keuntungan. Maksunya, penutur menuturkan tuturan dengan tuturan yang merendahkan dirinya, ditandai dengan kata mohon maaf. Selain itu, sikap penutur yang bersimpuh juga menandakan bahwa penutur merendahkan dirinya di hadapan mitra tutur. Dengan adanya kata mohon pada tuturan tersebut, tuturan ini merupakan tuturan santun.
5. Tuturan Imperatif Desakan
Data berikut ini menggunakan pemarkah ayo sebagai penanda bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif desakan.
(5) Andre: Ayo, hantu datang!!! Ayo! Ayo!
Sule: Mana gak ada yang datang, pak!
Ki Joko Bodo: Sebentar lagi datang!!
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh Andre dengan intonasi yang tinggi kepada Ki Joko Bodo yang saat itu sedang membaca mantra untuk memanggil hantu. Hal ini mereka lakukan untuk
mengundang hantu dalam acara mereka bukan dunia lain.
Tuturan imperatif desakan pada data (5) ditandai dengan kata ayo yang dituturkan oleh penutur. Kata ayo pada tuturan ini tidak hanya dituturkan sekali, tetapi dituturkan tiga kali. Pengulangan kata ayo memberi penekanan berupa desakan. Dengan adanya kata ayo sebagai penanda kesantunan, tuturan ini merupakan tuturan santun. Skala kesantunan yang terdapat pada tuturan ini adalah skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan, yakni hubungan status sosial penutur sebagai atasan dan mitra tutur sebagai bawahan.
6. Tuturan Imperatif Bujukan
Data berikut merupakan bentuk dari tuturan yang mengandung makna bujukan. Bujukan itu dituturkan oleh Andre saat dia mempresentasikan laporannya. Hal ini dapat kita lihat pada data dibawah ini.
(6) Andre: Kalau bapak naik pesawat yang saya buat, ketika bapak berada diatas bapak lihat semut kecil-kecil saking tingginya.
Desta: Emang biasanya semut gede-gede , Pak?
Andre: ini kelebihan pesawat saya!
Informasi indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh Andre ketika dia sedang mempresentasikan hasil rancangan pesawat yang dibuatnya di hadapan Desta dan kawan-kawan bulenya.
Tuturan pada data (6) merupakan tuturan imperatif bujukan. Bentuk bujukan yang dituturkan oleh penutur merupakan bujukan tidak langsung. Maksudnya penutur secara tidak langsung membujuk mitra tutur dengan cara bercerita dan menyebutkan semua kelebihan-kelebihan yang dimiliki pesawatnya. Selain itu, penutur juga menyebutkan iming-iming di dalam bujukannya. Hal ini dilakukannya agar mitra tutur mau menerima rancangannya.
Menurut skala kesantunan, tuturan ini termasuk ke dalam skala nomor dua, yaitu skala pilihan. Maksudnya, penutur menentukan pilihan kata yang banyak dan leluasa kepada mitra tutur sehingga mitra tutur bebas dan leluasa menentukan pilihannya. Tuturan yang dituturkan oleh penutur adalah tuturan santun.
7. Tuturan Imperatif Imbauan
Data berikut merupakan tuturan yang memiliki makna imbauan dengan penanda kata mohon dan partikel –lah. Perhatikan contoh berikut.
(7) Andre: Kita harus menanggulangi banjir dengan cara, Mohon janganlah membuang sampah sembarangan!
Sule dan Desta : Iya pak !
Informasi Indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh Andre ketika dia memberikan visi dan misinya menjadi calon kepala desa. Dan saat itu di hadiri oleh Sule yang juga sebagai
calon kepala desa dan Desta sebagai anggota masyarakat.
Kata mohon dan kata janganlah yang ditemukan pada data (7) termasuk ke dalam tuturan imperatif yang mengandung makna imbauan. Dengan adanya kata mohon serta terdapatnya kata jangan yang ditambahkan partikel –lah. Tuturan ini bermakna imbauan yang memiliki kesantunan. Penambahan partikel –lah pada kata jangan bertujuan untuk memperhalus tuturan imperatif tersebut sehingga tuturan ini termasuk ke dalam tuturan santun. Tuturan ini dituturkan oleh penutur bermaksud untuk menghimbau mitra tutur agar tidak membuang sampah sembarangan karena akan menyebabkan banjir.
Berdasarkan skala kesantunan tuturan ini termasuk dalam skala nomor tiga, yaitu skala ketidaklangsungan. Penutur secara tidak langsung bermaksud memberi kesadaran kepada mitra tutur agar menajaga kebersihan lingkungan. Tuturan ini merupaka tuturan santun.
8. Tuturan Imperatif Persilaan
Data berikut memperlihatkan bentuk penggunaan kata silakan sebagai penanda kesantunan.
(8) Parto : Silakan diperkenalkan namanya satu-satu!
Princess 1: Halo ! Nama aku Ana
Princess 2: Halo! Nama aku Danita
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi antara parto dan dua orang anggota princess yang menemaninya untuk membacakan narasi di panggung.
Tuturan persilaan pada data (8) merupakan tuturan santun. Tuturan ini dianggap santun karena terdapat penanda kata silakan kepada mitra tutur. Penutur mempersilakan kepada mitra tutur untuk memperkenalkan dirinya satu per satu. Berdasarkan skala kesantunan, tuturan ini termasuk dalam skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan, yakni hubungan status sosial penutur sebagai pembawa acara dan mitra tutur sebagai bintang tamu.
9. Tuturan Imperatif Ajakan
Kata ayo juga digunakan untuk menyatakan tuturan imperatif ajakan. Data berikut memperlihatkan penggunaan kata ayo dalam tuturan imperatif ajakan.
(9) Sule: Ah, kita mulung capek! Kita coba ngamen ya!
Markus: Iya! Ayo, kita coba menghibur, ya!
Informasi Indeksial :
Tuturan ini terjadi antara Sule dan Markus yang sama-sama pemulung dan mereka bosan jadi pemulung dan ingin jadi pengamen.
Kata coba dan ayo pada data (9) merupakan penanda yang menyatakan bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif ajakan. Kata coba yang dituturkan oleh penutur memiliki makna ajakan, maksudnya penutur memberikan solusi dan
mengajak mitra tutur. Ajakan penutur juga ditanggapi oleh mitra tutur dengan menerima ajakan tersebut.
Skala kesantunan yang terdapat pada tuturan ini termasuk dalam skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan. Maksudnya, hubungan status sosial penutur sebagai kakak dan mitra tutur sebagai adik. Berdasarkan adanya kata ayo sebagai penanda kesantunan, tuturan tersebut tergolong tuturan santun.
10. Tuturan Imperatif Permintaan Izin
Data berikut merupakan bentuk dari tuturan imperatif yang mengadung makna permintaan izin.
(10) Andre: Kamu mau menikah dengan anak saya?
Kiki Amalia: Oh papa, izinin aku papa!!! Mama izinin aku!!! Aku cinta sama dia.
Markus: Boleh ya papa! Saya dengan kiki.
Informasi indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh Kiki Amalia dan Markus kepada papa (Andre) dan mama (Nunung) Kiki, ketika Markus datang melamarnya di rumah Kiki.
Kata izinin dan kata boleh pada data (10) merupakan penanda tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan izin. Kata izinin yang dituturkan untuk meminta izin orang tuanya agar merestui hubungan mereka. Kemudian, tuturan permintaan izin itu diperkuat dengan tanggapan dari mitra tutur dengan menggunakan kata boleh. Kata boleh memiliki makna meminta kesediaan dan izin kepada orang tua penutur. Tuturan imperatif permintaan izin ini merupakan tuturan santun.
Skala kesantunan pada tuturan ini adalah skala nomor satu, yaitu skala kerugian dan keuntungan. Maksudnya, penutur merugikan atau merendahkan dirinya lewat tuturan dan sikapnya untuk memberikan keyakinan kepada mitra tutur.
11. Tuturan imperatif Mengizinkan
Berikut ini merupakan data yang menyatakan tuturan imperatif yang mengandung makna mengizinkan.
(11) Sule: Saya datang kemari, saya mau melamar anak bapak, agar saya kawin sama anak bapak!
Azis: saya sebagai orang tua merestui calon suami anak saya!
Informasi indeksial :
Tuturan ini terjadi antara Sule dan Azis, dimana Sule datang ke rumah Azis untuk melamar anaknya yaitu Nunung.
Kata merestui yang dituturkan penutur pada data (11) merupakan tuturan yang mengandung makna mengizinkan. Penutur mengizinkan mitra tutur yang datang melamar anak gadisnya. Mitra tutur dengan berani menyampaikan tujuannya datang menemui penutur yaitu untuk melamar anaknya. Kemudian penutur menanggapi permintaan mitra tutur dengan kata merestui, maksudnya bahwa penutur
mengizinkan anaknya dilamar oleh mitra tutur.
Berdasarkan skala kesantunan tuturan ini termasuk dalam skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan. Maksudnya, hubungan penutur sebagai ayah dan mitra tutur sebagai anak. Tuturan ini merupakan tuturan santun.
12. Tuturan Imperatif Larangan
Data berikut merupakan tuturan imperatif dengan menggunakan pemarkah jangan sebagai penanda bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif larangan. Hal ini terlihat pada data berikut.
(12) Andre: Lu juga loh ! hati-hati kalau lagi pas dikuburan!
Sule: Emangnya kenapa?
Andre: Jangan kencing sembarangan!
Sule: Pasti gue dimarahin sama setannya ya?
Andre: Bukaan!!! Basah soalnya!
Informasi Indeksal :
Tuturan ini terjadi antara Andre dan Sule yang saat itu sedang membicarakan
tentang hantu-hantu yang ada dikuburan.
Kata jangan pada data (12) mengindikasikan bahwa tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur merupakan tuturan imperatif yang mengandung makna larangan. Penutur melarang karena tidak baik buang air kecil di sembarang tempat. Tuturan yang dituturkan penutur kepada mitra tutur menurut skala kesantunan adalah tuturan santun. Dikatakan santun karena tuturan penutur tidak kasar atau tidak menyinggung perasaan mitra tutur.
Berdasarkan skala kesantunan nomor tiga yaitu skala ketidaklangsungan. Penutur secara langsung menggunakan kata selamat kepada mitra tutur.
13. Tuturan Imperatif Harapan
Data berikut memperlihatkan tuturan imperatif yang mengandung makna harapan. Harapan tersebut diungkapkan dengan kata yang memiliki makna harapan
(13) Andre: Bapak sebetulnya saya mau nanya boleh ya, pak? Saya kan ikut bapak sudah 40 tahun kan, Pak ya!
Sule: iya bentar dulu! Umur gue aja baru 30 tahun!
Andre:Soalnya saya kepengen. Saya cita-cita pengen 40 tahun kerja sama bapak!
Informasi indeksial :
Tuturan ini disampaikan oleh Andre seorang Sopir kepada Sule seorang majikan ketika mereka sedang berbincang-bincang.
Tuturan pada data (13) mengindikasikan bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan imperatif harapan. Harapan itu dituturkan oleh penutur karena penutur berharap bisa bekerja lebih lama dengan majikannya. Penutur menuturkan harapannya itu dengan becandaan yang kemudian ditanggapi mitra tutur dengan serius.
Berdasarkan skala kesantunan, tuturan ini termasuk ke dalam skala nomor lima, yaitu skala jarak sosial. Tingkatan sosial penutur sebagai pembantu dan mitra tutur majikan. Tuturan ini adalah tuturan santun.
14. Tuturan Imperatif Umpatan
Tuturan imperatif yang mengandung makna umpatan ditemukan pada Komedi Opera Van Java juga ditemukan.
(14) Markus: Hidup ini capek dan susah! Bayangkan semua serba susah.
Sule: Mau tidur siang gak? Emang susah! Aku kan ngomong begitu sama dirimu, kenapa dirimu tidak ngerti-ngerti.
Informasi Indeksal:
Tuturan ini terjadi antara Markus dan Sule karena merasa kesal dengan susahnya kehidupan dan kejamnya hidup di ibukota Jakarta.
Tuturan pada data (14) merupakan tuturan umpatan. Umpatan itu dituturkan oleh penutur karena kejenuhan penutur terhadap kehidupannya yang selalu susah dan selalu miskin. Tuturan umpatan penutur ditanggapi dengan bercandaan oleh mitra tutur. Hal ini dilakukan untuk meredam rasa kesal dan marah yang dialami penutur.
Berdasarkan skala, tuturan ini termasuk dalam skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan. Hubungan status sosial penutur sebagai adik dan mitra tutur sebagai kakak. Tuturan imperatif yang mengandung makna umpatan menggunakan penanda kesantunan secara implisit.
15. Tuturan Imperatif Pemberian Ucapan Selamat
Tuturan yang mengandung pemberian ucapan selamat juga ditemukan dalam komedi Opera Van Java dengan penanda kesantunan selamat.
(15) Andre: Hadidi... ternyata lu memang lebih berhak dengan Maimun daripada gue.
Sule:Kamu ingat waktu dulu, kamu suruh saya belajar untuk mendapatkan jenglot dan saya mendapatkan Maimun.
Andre: Selamat Hadidi
.
Informasi indeksal :
Tuturan ini disampaikan Andre kepada Sule karena Nunung lebih memilih sule.(dalam HDM)
Kata selamat pada data (15) merupakan tuturan imperatif pemberian ucapan selamat. Tuturan ini dituturkan oleh penutur karena penutur merasa telah kalah bertanding dalam bidang apa pun dengan mitra tutur. Oleh karena itu, penutur mengucapkan kata selamat kepada mitra tutur. Ucapan selamat itu ditandai kata selamat . Dengan adanya pemarkah selamat sebagai penanda kesantunan, tuturan ini tergolong adalah santun.
Skala kesantunan pada tuturan ini termasuk ke dalam skala nomor empat yaitu
skala keotoritasan. Maksudnya, hubungan status sosial penutur dan mitra tutur sebagai teman sebaya.
16. Tuturan Imperatif Anjuran
Tuturan imperatif yang mengandung makna anjuran yang ditemukan pada komedi Opera Van Java ditandai dengan penggunaan kata sebaiknya.
(16) Azis: Pak Sule! kalau supir berani melawan-lawan majikan ! sebaiknya keluarin aja!
Andre: Saya akan pertimbangkan dulu!
Informasi indeksal :
Tuturan ini disampaikan oleh Azis kepada Andre yang berganti peran menjadi Sule dan Sule menjadi Andre. Tuturan ini terjadi di rumah sakit.
Kata sebaiknya yang dituturkan oleh penutur pada data (16) merupakan tuturan imperatif anjuran. Penutur menuturkan kata sebaiknya bermaksud untuk anjuran mitra tutur untuk memecat supir yang tidak patuh kepada majikan. Tuturan penutur ditanggapi oleh mitra tutur dengan mempertimbangkan keputusannya tersebut.
Dengan adanya kata sebaiknya, tuturan ini adalah tuturan santun. Berdasarkan skala kesantunan, tuturan ini termasuk skala nomor empat, yaitu skala keotoritasan. Hubungan status sosial penutur dan mitra tutur sama-sama sebagai dokter.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa ditemukan enam belas jenis tuturan imperatif yang terdapat pada acara komedi Opera Van Jaya, yaitu (1) tuturan imperatif perintah, (2) tuturan imperatif suruhan, (3) tuturan imperatif permintaan, (4) tuturan imperatif permohonan, (5) tuturan imperatif desakan, (6) tuturan imperatif bujukan, (7) tuturan imperatif imbauan, (8) tuturan imperatif persilaan,(9) tuturan imperatif ajakan, (10) tuturan imperatif permintaa izin, (11) tuturan imperatif mengizinkan, (12) tuturan imperatif larangan, (13) tuturan imperatif harapan, (14) tuturan imperatif umpatan, (15) tuturan imperatif pemberian ucapan selamat, dan (16) tuturan imperatif anjuran.
Masing-masing tuturan imperatif memiliki penanda kesantunan. Tuturan imperatif persilaan dan tuturan imperatif mengizinkan memiliki penanda kesantunan yang sama yaitu kata silakan. Walaupun memiliki penanda yang sama, maknanya berbeda. Kata silahkan pada persilaan memiliki makna menyuruh, sedangkan silakan pada mengizinkan memiliki makna membolehkan.
Tuturan imperatif desakan dan tuturan imperatif ajakan juga memiliki penanda kesantunan yang sama yaitu kata ayo. Adanya penekanan dan pengulangan kata ayo pada sebuah tuturan serta dilihat dari
konteks yang melatarbelakangi tuturan tersebut, kata ayo itu akan dipandang sebagai penanda tuturan imperatif desakan. Kata ayo pada tuturan imperatif ajakan hanya memberikan gambaran bahwa penutur mengajak mitra tutur tanpa adanya unsur penekanan.
Di dalam kesantunan tuturan imperatif penanda kesantunan merupakan kata kunci (keyword) yang memberikan penanda terhadap penggolongan dari sebuah tuturan termasuk kedalam tuturan imperatif. Selain itu, skala kesantunan Leech, konteks dan informasi indeksal merupakan hal yang terpenting dalam menentukan tuturan imperatif tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dwijayanti, Erna. 2013. “Prinsip Kesoopanan pada Acara Komedi Opera Van Java”. Padang: Universitas Bung Hatta.
Id. Wikipedia. Org/Wiki/Opera_Van_Java.
Leech, Geoffrey. 1992. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Saputri, Yoffi Desi. 2013. “Analisis Tindak Tutur Bahasa Minangkabau Daerah Sangir”. Padang: Universitas Bung Hatta.
Sudaryato. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
_______. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offse
Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2010. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Mata Padi Presindo
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Downloads
Published
2013-09-13
Issue
Section
Articles