BENTUK DAN MAKNA ONOMATOPE DALAM KOMIK ONE PIECE VOLUME 105 KARYA EIICHIRO

Authors

  • Arif Fahmi Suhendra Universitas Bung Hatta
  • Syahrial Universitas Bung Hatta

Keywords:

Onomatope, bentuk, makna, tiruan bunyi, One Piece

Abstract

Onomatope adalah kata yang mempresentasikan bunyi atau suara dari makhluk hidup, benda, dan menjelaskan aktivitas atau keadaan yang sedang terjadi. Onomatope sering digunakan pada karya sastra seperti komik. Komik mengandung gambar-gambar yang seolah-olah berbicara atau bergerak, memerlukan tiruan bunyi dan tindakan untuk menciptakan efek suara dan emosi. Tujuan penelitian ini membahas tentang bentuk dan makna onomatope dalam komik One Piece volume 105 karya Eiichiro Oda, yang menggunakan teori Akimoto untuk menganalisis bentuk pengulangan penuh, teori Oota untuk bentuk pengulangan perubahan bunyi, dan teori akutsu untuk bentuk penambahan imbuhan. Kemudian jenis makna menggunakan teori dari Akimoto. Penelitian ini terdapat 4 onomatope, yakni (1) onomatope giongo (tiruan bunyi benda mati), (2) giseigo (tiruan bunyi dari makhluk hidup), (3) giyougo (tiruan bunyi keadaan atau tingkah laku), dan (4) gijougo (tiruan bunyi keadaan hati atau perasaan). Sementara itu, jenis makna terdapat 10 macam, yaitu, (1) shizengenshou, (2) mono ga dasu oto, (3) doubutsu no nakigoe, (4) hito no koe/oto, (5) mono no ugoki, (6) mono no youtai/seishitsu,(7) hito no dousa, (8) hito no kenkou joutai, (9) hito no yousu/shinjou, dan (10) hito no shintaiteki tokuchou. Metode penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan bentuk dan makna onomatope pada komik One Piece karya Eiichiro Oda, Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menggunakan teknik simak catat, sementara itu untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik pilah unsur penentu (PUP). Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk pengulangan penuh lebih banyak digunakan, dan jenis makna lebih banyak menggunakan jenis makna onomatope hito no dousa (tiruan bunyi aktivitas dan pergerakan manusia) karena pengarang komik lebih cenderung kepada karakter yang menunjukkan tiruan bunyi pergerakan fisik, dan aktivitas manusia, sehingga makna tersebut mempermudah dalam memahami aksi dari setiap karakternya.

References

S. Syahrial. 2019. “Personal Pronoun in Japanese Based on Gender (Structure and Semantic Study),” J. KATA, vol. 3, no. 1, pp. 93–105, 2019, doi: 10.22216/kata.v3i1.3980.

Sudaryanto. 2015.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis). Sanata Dharma University Press, Yogyakarta.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.

Downloads

Published

2024-03-22