PERBANDINGAN STRUKTUR GEDUNG KONVENSIONAL DAN GEDUNG DENGAN ISOLASI DASAR DI KOTA PADANG

Authors

  • Nidiya Rahmatul Putri
  • Khadavi Khadavi
  • Robby Permata

Abstract

Indonesia merupakan wilayah yang dilalui oleh tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Hal ini meneyebabkan sering terjadi gempa bumi di Indonesia baik skala kecil sedang maupun kuat. Untuk itu diperlukan upaya untuk meminimalisi kerusakan yang terjadi akibat gempa tersebut. Salah satunya yaitu dengan menambahkan base isolation pada gedung. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perioda dari struktur gedung konvensional dan gedung dengan penambahan base isolation. Gedung yang direncanakan diasumsikan berfungsi sebagai rumah sakit dengan tinggi total 14,5 meter, panjang 48 meter dan lebar 19 meter. Perhitungan struktur gedung ini dilakukann menggunakan bantuan aplikasi yang mengacu pada SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahan Gedung untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung, SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain dan SNI 03-2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Hal yang diperbandingan yaitu berupa perioda struktur. Dari hasil perhitungang ini diperoleh bahwa gedung dengan penambahan base isolation mengalami peningkatan perioda alami. Nilai perioda pada strukrur gedung konvensional dan gedung dengan base isolation berturut-turut yaitu 0,524 detik dan 1,062 detik. Hal ini menyebabkan gaya gempa yang bekerja pada struktur menjadi lebih kecil.
Kata kunci : gempa bumi, base isolation, perioda.

References

Badan Standarisasi Nasional. 2012. “Tata Cara Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”. SNI 1726-2012. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2013. ”Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung” . SNI-2847-2013. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2013. “Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain” . SNI 1727-2013. Jakarta.

Bridgestone Corporation. 2013. “Seismic Isolator for Buildings : Multi Rubber Bearing”. Tokyo, Japan: Bridgestone Corporation.

Budiono, Bambang dan Supriatna, Lucky. 2011. “Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa dengan menggunakan SNI-03-1726-2002 dan SNI-03-1726-201x”. Bandung: ITB.

Imran, Iswandi., 2010. “Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002”. Bandung : ITB.

Imran, Iswandi., dan Hendrik, Fajar., 2007. “Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa”. Bandung : ITB.

Imran, Iswandi., dan Hendrik, Fajar., 2014. “Perencanaan Lanjut Struktur Beton Bertulang”. Bandung : Penerbit ITB.

Imran, Iswandi., dan Zulkifli, Ediansjah., 2014. “Perencanaan Dasar Struktur Beton Bertulang”. Bandung : Penerbit ITB.

Lestari, Dwita Surya. 2012. “Perbandingan Kinerja Penggunaan Berbagi Base Isolator pada Gedung Tsunami Refuge Center Kantor Gubernur Sumatera Barat”. Padang : Jurnal Teknik Sipil

McCormac, Jack C. 2001. “Desain Beton Bertulang Edisi Kelima”. Diterjemahkan oleh: Sumargo. Jakarta: Erlangga.

Naeim, Farzard dan Kelly, James M. 1999. “Design of Seismic Isolated Structures : From Theory to Pactice”. Canada :

Riza, Muhammad Miftakhur., 2014. “Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung Dengan ETABS”. Yogyakarta : ARS Group.

Teruna, Daniel Rumbi. Seminar dan Pameran Haki 2010. “Analisis Respon Bangunan ICT Universitas

Syiah Kuala yang Memakai Slider Isolator Akibat Gaya Gempa”.

Vis, W C., dan Kusuma, Gideon H., 1993. “Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang”. Jakarta : Erlanggga.

Vis, W C., dan Kusuma, Gideon H., 1993. “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang”. Jakarta : Erlanggga.

Downloads

Published

2017-07-12