PENGARUH PEMAKAIAN BAMBU SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON NON STRUKTURAL
Abstract
Beton non struktural semakin diperlukaan didalam pengembangan struktur agar lebih ekonomis dan murah. Salah satu cara untuk mendapatkan beton ringan dipakai bambu sebagai pengganti agregat kasar. Untuk itu dilakukan penelitian di laboratorium FTSP Universitas Bung Hatta dengan komposisi campuran bambu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dari berat agregat kasar. Mutu beton yang diuji pada fc 15 Mpa. Bambu yang digunakan yang sudah diawetkan (direndam dan dipotong) dengan ukuran 15-20 mm berasal dari Lubuk Minturun Padang. Benda uji dibuat berbentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Hasil penelitian ditemukan bahwa semakin banyak presentasi penambahan bambu nilai kuat tekannya akan semakin rendah. Komposisi optimum diperoleh pada campuran bambu 20% dengan kuat tekan yang terjadi sebesar 15.396 Mpa. Pada campuran bambu 0% didapatkan nilai kuat tekannya sebesar 2289,78 Mpa, pada campuran bambu 10% 16,204 Mpa, pada campuran bambu 30% 14,260 Mpa, pada campuran bambu 40% 12,470 Mpa, dan pada campuran bambu 50% 11,37 Mpa.Kata kunci: Rencana Campuran, Beton, Kuat Tekan, Bambu
References
Morisco, 1993. Penelitian Bambu, Solo, Indonesia. SK SNI-03-3449-2002. Tata Cara Rencana Pembuatan Beton Ringan Dengan Agregat Ringan, Bandung, Indonesia. SNI (03-2847-2002). Definisi Tentang Beton Sebagai Campuran Antara Semen Portland atau Semen Hidrolik Yang Lainnya,Dengan atau Tanpa Bahan Campuran Tambahan Yang Membentuk Massa Padat. Bandung, Indonesia. SNI-03-2834-2000. Tata Cara Pembuata Beton Normal, BSN, Bandung, Indonesia. Tjokrodimuljo, K. 1992. Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
Downloads
Published
2019-08-18
Issue
Section
Articles