ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA HIANG TINGGI KECAMATAN SITINJAU LAUT KABUPATEN KERINCI

Authors

  • Wahyu Fajar Perdana
  • Harne Julianti Tou Tou
  • Era Triana

Abstract

PENDAHULUAN Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah potensi budaya yang melekat pada desa tersebut secara turun temurun, baik aktifitas sehari-hari, kesenian, dan lain-lain. Namun apabila potensi yang ada tidak dilestarikan dan dikembangkan dengan melibatkan masyarakat yang ada didesa itu sendiri, maka lama kelamaan akan kehilangan kekhasan sebagai satu desa yang memiliki nilai budaya lokal yang terdapat pada masyarakat, karena masyarakat sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan masyarakat juga merasa dihargai dan mempunyai rasa memiliki sehingga membutuhkan pengembangan terhadap budaya dengan melibatkan partisipasi masyarakat agar kedepanya lebih efektif dalam menjaga kelestarian dan pemanfaatan nilai budaya. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan budaya local yang ada di Desa Hiang Tinggi Sehingga penulis berminat untuk membahas potensi wisata budaya di Desa Hiang Tinggi dengan judul penelitian “Arahan Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat di Desa Hiang Tinggi Kecamatan Sitinjau Laut Kabupaten Kerinci” METODE Jenis penelitian yang digunakan merupakan metode kualitatif dan SWOT Strategi Pengembangan Wisata Budaya, Menganalisis dengan cara menggunakan metode SWOT berdasarkan potensi daya tarik wisata budaya, segmen peluang pasar dan partisipasi masyarakat di Desa Hiang Tinggi serta Arahan Pengembangan Daya Tarik Wisata dengan cara Menganalisis dengan cara mengidentifikasi daya tarik yang telah dianalisis yang berkaitan dengan wisata budaya apa saja untuk dikembangkan arahanya di Desa Hiang Tinggi. Analisis ini dilakukan setelah terindentifikasinya daya tarik wisata budaya di Desa Hiang Tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Hiang Tinggi memiliki daya tarik wisata budaya yang berwujud/Tangible dan tidak berwujud/Intangible. Daya tarik Tangible terdiri dari bangunan bersejarah (Umah Laheik) dan benda bersejarah (Keris, Pedang selangkeh dan Pulo Neghoi) sedangkan untuk daya tarik Intangible terdiri dari Upacara Adat (Kenduri Sko, Mandi Gading) Kesenian Tradisional (Tari Rangguk, Tari Asyek, Pencak Silat dan Butale) dan Permainan Tradisional (Gasing dan Layang-layang). Untuk mencapai sebuah Arahan pengembangan perlu dilakukan Analisis SWOT, analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik objek daya tarik berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, kemudian dikelompokkan dalam factor internal dan faktor eksternal kemudian merumuskan strategi pengembangan daya tarik wisata budaya yang ada di Desa Hiang Tinggi. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Analisis SWOT Kekuatan (Strenght) 1. Memiliki Daya Tarik Tangible atau berwujud seperti Bangunan Bersejarah dan Benda bersejarah (S1) 2. Memiliki Daya Tarik Intangible atau tidak berwujud yang khas dan beragam seperti Upacara Adat, Kesenian dan Permaianan Tradisional. (S2) 3. Memiliki peluang segmen pengunjung terhadap komunitas tertentu seperti komunits budaya serta akademisi. (S3) Kelemahan (Weakness) 1. Pengetahuan Masyarakat terhadap wisata budaya, manfaat pelestarian serta pentingnya pelestarian nilai budaya terhadap wisata budaya masih kurang. (W1) 2. Belum ada masyarakay local terlibat dalam pemgembangan wisata budaya (W2) 3. Belum adanya kelembagaan yang bergerak di bidang wisata (pokdarwis). (W3) 4. Belum terdapatnya cinderamata dan makanan khas bagi pengunjung yang datang ke Desa. (W4) Peluang (Opportunities) 1. Terbukanya Lapangan pekerjaan sehingga menambah perekonomian untuk masyarakat desa. (O1) Ancaman (Threats) 1. Mulai bermunculan Pedangan asongan jika seringnya penyelenggaraan kesenian sehingga menyebabkan mutu barang dan seni tradisional lamakelamaan menurun. (T1) 2. Masyarakat merasa terekspos kehidupannya akibat meningkatnya wisatawan yang berkunjung. (T2) Sumber: Hasil Analisis, 2021 Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun strategi pengembangan objek wisata. Matriks SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi sehingga dapat disesuaikan dengan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki pariwisata. Melalui matriks SWOT dapat ditetapkan strategi pengembangan yang tepat. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternative strategis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 1. Strategi SWOT Strategi S-O 1 Memanfaatkan potensi wisata di Desa Hiang Tinggi untuk dapat dikembangkan sebagai produk wisata serta dikemas menjadi paket wisata dengan memanfaatkan nilai budaya lokal yang terdapat pada Desa Hiang Tinggi.(S1,S2,O1) 2 Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung layanan kepariwisataan desa sehingga dapat mendukung interpretasi wisatawan terhadap produk wisata budaya berbasis partisipasi masyarakat yang dimiliki oleh Desa Hiang Tinggi. (S1,S2,S3,O1) 3 Menjalin Kerjasama dengan salah satu pihak akademisi dibidang Kesenian dan Pariwisata (S3,01) Strategi S-T 1 Diperlukannya pusat informasi untuk membekali wisatawan sebelum memasuki sehingga para wisatawan dapat menjaga norma dan aturan adat yang berlaku di Desa Hiang Tinggi.(S1,S2,T2) 2 Pengemasan Daya Tarik wisata budaya yang disusun ke dalam daftar event budaya (calendar of event) sehingga memudahkan wisatawan dalam memilih waktu untuk berkunjung dan menghindari munculnya pedagang asongan yang masuk dan berada disekitar Desa Hiang Tinggi. (S1,S2,S3,T1) Strategi W-O 1 Membentuk kelembagaan yang begerak di bidang pariwisata dan bekerja sama dengan pihak Pemerintahan Daerah (W1,W3,O1) 2 Meningkatkan kompetensi masyarakat dalam bidang pariwisata, khususnya pelatihan/pembinaan kepada masyarakat melalui pokdariws sebagai lembaga yang mengawasi kegiatan wisata. (W1,W3,W4,O1) 3 Mengembangkan usaha cinderamata dan Makanan khas Desa Hiang Tinggi, dimana hasil dari usaha tersebut dapat mensejahterakan kehidupan penduduk Desa Hiang Tinggi. (W4,O1) Strategi W-T 1. Memanfaatkan Peran Masyarakat lokal untuk pengembangan wisata budaya. (W1,W2,T2) Sumber: Hasil Analisis, 2021 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Arahan Pengembangan wisata budaya berbasis Partisipasi masyarakat di Desa Hiang Tinggi dilakukan dengan pendekatan yang menawarkan peran yang aktif kepada masyarakat untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengembangan wisata budaya, seperti Peran tuo taiw/depati sebagai Tour Guide selaku pemangku adat yang mengetahui sejarah dan nilai budaya yang terkandung disetiap kegiatan yang dilaksanakan di Desa Hiang Tinggi [1]. Peran kelbu sebagai memberikan izin terhadap pelaksanaan upacara adat seperti kenduri sko serta yang menetapakanpergelaran upacara adat [2]. Peran Indauk (wanita yang dituakan) dalam upacara adat seperti memasak untuk pelaksanaan upacara adat dan mengajarkan remaja dan wisatawan kesenian tradisional seperti tari-tarian [3]. Peran Anok Jantei sebagai polisi adat yang bertugas mengawasi bangunan serta benda bersejarah yang terdapat di Desa Hiang Tinggi dan ikut Basiloik (bersilat) dalam kegiatan kesenian tradisional Desa Hiang Tinggi [4]. Peran Anok Batinou sebagai ikut dalam kegiatan tari-tarian dan membatu indauk (wanita yang dituakan) dalam mempersiapkan makanan (memasak) untuk pergelaran upacara adat dan memelihara umah laheik seperti membersihkan umah laheik karena yang menempati umah laheik adalah anak batinou [5]. Peran remaja serta anak-anak dalam permainan tradisional seperti bermain laying-layang dilapangan dan bermain gasing di perkarangan rumah [6]. DAFTAR PUSTAKA [1] Anggraini, Septina (2018). “Wujud Partisipasi Masyarakat Dalam Pemelharaan Kawasan Cagar Budaya Di Kawasan Seribu Rumah Gadang Kabupaten Solok Selatan”. Skripsi: Universitas Bung Hatta [2] Arafah, Burhanuddin. (2013). “Warisan Budaya, Pelestarian Dan Pemanfaatannya”. Makassar: Jurnal Fakultas Ilmu Budaya UNHAS. [3] Khotimah, Khusnul dkk. (2017). Strategi Pengembangan destinasi Pariwisata Budaya (Studi Kasus pada kawasan Situs Trowulan sebagai Pariwisata Budaya Unggulan di kabupaten Mojokerto), Vol. 41, No. 1, Hal. 56-65. [4] Pendit, Nyoman S. (2006). Ilmu Pariwisata Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Pramita [5] Putri, Sri Indra (2020).”Peran Kelembagaan Lokal Dalam Pengembangan Wisata Budaya di Nagari Pariangan”. Skripsi: Universitas Bung Hatta [6] Yoeti. A Oka, dkk (2006). “Pariwisata Budaya Masalah Dan Solusinya”. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Downloads

Published

2021-08-26