IDENTIFIKASI POTENSI PEGEMBANGAN KONSEP MIX-FARMING DI KECAMATAN KOTO BESAR, KABUPATEN DHARMASRAYA
Abstract
PENDAHULUAN Konsep mix farming merupakan konsep usaha tani terpadu yang memadukan antara perkebunan dan peternakan yang akan menguntungkan satu sama lain, Keuntungan yaitu produk limbah dari satu komponen berfungsi sebagai sumber daya untuk komponen lainnya [1]. Potensi perkebunan kelapa sawit yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan dengan secara optimal dengan memanfaatkan hasil ikutan dari rumput daun dan pelepah tanpa hanya memikirkan tandan buah kelapa sawit tersebut [2]. Maka perlu dilakukan pengembangan sistem perkebunan dan peternakan dengan konsep mix farming, sebagaimana di sebutkan di RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031 dalam strategi pengembangan. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui potensi pengembangan konsep mix-farming di Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh akan dideskripsikan untuk memperoleh gambaran terhadap potensi pengembangan dengan konsep mix-farming sehingga diperoleh informasi tentang potensi pengembangan konsep mix-farming. Tahap analisis yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi sehingga dapat dilanjutkan dengan melakukan analisis untuk mix-farming, yang dilihat dari keterkaitan konsep mix-farming antara perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi dan mengetahui berapa biaya yang dapat dikurangi dari hasil keterkaitan atau pemanfaatan melalui konsep mix-farming. Sehingga dapat di dikaji pengembangan konsep mix-farming dengan membandingkan antara kondisi eksisting dengan parameter atau kriteria pengembangan konsep mix-farming dan mengetahui potensi pengembangan konsep mix-farming fokusnya di Nagari Koto Laweh Kecamatan Koto Besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterkaitan antara perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi dilihat dari segi pemanfaatan antar usaha tani. Untuk perkebunan kelapa sawit dilihat dari hasil sampingan seperti pelepah sawit yang dapat dimanfaatkan menjadi pakan untuk ternak sapi dan juga lahan perkebunan kelapa sawit juga dapat dijadikan lahan untuk pengembalaan ternak yang secara tidak langsung dapat membantu dalam proses pengendalian gulma/rumput liar yang terdapat di perkebunan kelapa sawit [3],[4]. Sedangkan dari peternakan sapi yaitu hasil buangan/kotoran ternak yang dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit [5]. Nagari Koto Laweh merupakan Nagari yang diusulkan dan berpotensi untuk dikembangkan dengan konsep mix-farming yang dilihat dari lokasi peternakan yang berada dalam lokasi yang sama dengan perkebunan kelapa sawit dan julah ternak yang dimiliki. Dari luas lahan 1.413,25 ha perkebunan kelapa sawit yang dapat dikembangkan hanya seluas 533 ha, yang dilihat dari jarak ideal untuk dilakukan pengembalaan dari lokasi peternakan sehigga dari luas lahan yang ada hanya 40% yang dapat dikembangkan dengan konsep mix-farming. Gambar 1. Peta Deliniasi pengembalaan Ternak Dengan jumlah lahan dan ternak yang dimiliki, maka dibutuhkan alat pengolahan atau pencacah pelepah kelapa sawit. dengan luas Nagari yang dapat dikembangkan maka dapat menampung ternak makssimal sebanyak 2.583,8 ekor ternak sapi. Namun untuk daya tampung minimal dengan luas lahan yang dapat dikembangkan sudah terpenuhi oleh jumlah ternak yang ada di Nagari Koto Laweh yaitu sebanyak 2.051 ekor sapi. Sehingga penambahan jumlah ternak hanya menjadi pilihan untuk pengembangan dengan jumlah ternak yang maksimal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. Tabel 1. Daya Tampung Ternak dalam Pengembangan Mix-farming Sumber:Hasil Analisis 2020 Sehingga dengan kebutuhan pakan yang akan diberikan kepada ternak perlu dilakukan pengolahan dan pengadaan alat untuk pengolahan pelepah kelapa sawit tersebut. Sehingga untuk kapasitas alat pengolahan pelepah sawit dapat menampung 4.000 – 5.000 kg/hari dengan penggerak Diessel Yaanmar TS 230 R(23HP) ber SNI. Dapat diketahui bahwa untuk satu alat pengolahan pelepah kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk 4-5 ha perkebunan kelapa sawit dalam sehari. Untuk satu kelompok tani minimal memiliki luas lahan 40ha dan minimal memiliki 20-40 ekor ternak/kelompok. Sehingga untuk luas lahan yang dapat dikembangkan maksimal memiliki 14 kelompok tani, dimana untuk satu kelompok tani dapat menampung ternak sebanyak 160-184 ekor ternak sapi dengan kebutuhan pakan yang berasal dari perkebunan kelapa sawit/ pelepah kelapa sawit sebanyak 464-534 kg/hari. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Skema Kelompok Sumber:Hasil Analisis 2020 Maka untuk satu alat pengolahan dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh 4-5 kelompok tani dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi. Dengan luas lahan tersebut dibutuhkan sebanyak 1-3 alat pengolahan untuk melakukan pengolahan pelepah sawit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi/hari. Gambar 2. Peta Skema Ruang Mix-farming KESIMPULAN DAN SARAN Nagari Koto Laweh merupakan Nagari yang berpotensi untuk dikembangkan dengan konsep mixfarming. Potensi pengembangan konsep mix-farming yang dapat dimanfatkan atau dikembangkan seluas 553 ha dari 1.413,25 ha dengan daya tampung ternak sebanyak 2.212-2.543,8 ekor sapi, dan dapat menampung 13-14 kelompok tani untuk satu alat pengolahan dapat dimanfaatkan oleh 4-5 kelompok tani. Sehingga perlu dilakukan pengadaan alat pengolahan dan pembentukan kelompok tani/ kelompok ternak yang dapat dimanfaatkan atau diberdayakan dengan baik, maka dapat dijadikan tempat penyalur bantuan yang berasal dari pihak pemerintah dan swasta. DAFTAR PUSTAKA [1] Mathius, Wayan dkk. 2017. Akselerasi pengembangan Sapi Potong Melalui Sistem Integrasi Tanman Ternak:Sawit-Sapi.IPB Press.Bogor. [2] Batubara, Leo P. 2003. Potensi Integrasi Peternakan Dengan Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Jurnal Litbang Pertanian. 13(3) [3] Arfa,dkk. 2016. Integrasi sapi Potong Tanaman Sawit (SISKA) dan Potensi Pengembangan di Kabupaten Pasaman Barat (Studi Kasus kelompok Tani Lubuak Gadang, Kecamatan Luak Nan Duo). Pastura. 5(2). [4] Nur,T.M,dkk. 2018. Analisis Potensi Integrasi Kelapa Sawit-Ternak Sapi di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. [5] Nurcholis,M. dkk. 2011. Pengembangan Integrated Farming System Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian.Downloads
Published
2021-08-26
Issue
Section
Articles