KAJIAN PROSES DAN MANFAAT HUNIAN SEMENTARA SEBAGAI MEDIA PEMULIHAN PENGUNGSI GEMPA/TSUNAMI 2010 DI PAGAI SELATAN KAB KEPULUAN MENTAWAI
Abstract
Kejadian gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai tanggal 26 Oktober 2010,mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan tempat tinggal. Karena takut dan
trauma serta tidak punya tempat tinggal yang rusak karena gempa, masyarakat mengungsi
dan ditampung ditenda tenda darurat diberbagai titik lokasi relokasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kepulauan Mentawai. Kebijakan pemerintah di Kepulauan Mentawai untuk
merelokasi pemukiman masyarakat yang terkena gempa bumi dan tsunami tahun 2010 ke daerah
yang lebih aman membawa konsekuensi terhadap kehidupan masyarakat dan penyiapan
pemukiman baru melalui hunian sementara dan hunian tetap. Hunian sementara yang layak dan
bermartabat, sangat dibutuhkan sekali untuk para pengungsi korban gempa/tsunami
tersebut yang sudah tinggal kurang lebih satu bulan ditenda tenda darurat. Tenda darurat
tidak tahan terhadap kondisi cuaca yang ekstrim, keamanan dan kenyamanan serta privasi
pengungsi. Hunian sementara merupakan bagian dari program pemulihan tanggap darurat
sekaligus sebagai transisi ke hunian tetap. Kenyataan dilapangan bahwa penyelesaian
hunian tetap membutuhkan waktu yang sangat lama. Hampir 4 tahun lebih masyarakat
dusun Kinumbuk desa Bulasat kecamatan Pagai Selatan tinggal di hunian sementara.
Waktu yang lama tersebut merupakan sebuah waktu yang tidak ideal untuk menempati
hunian sementara . Berkenaan dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk
menjawab (1) Bagaimana proses hunian sementara ke hunian tetap di Pagai Selatan
Kepulauan Mentawai dan (2) Seberapa besar manfaat hunian sementara sebagai media
pemulihan korban gempa tsunami di Dusun Kinumbuk Desa Bulasat Pagai Selatan.
Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah Analisis Deskriptif ekplanatif. Lamanya
Huntara bisa dihuni oleh masyarakat karena di rancang sesuai dengan budaya dan
kebiasaan tempat tinggal setempat, menggunakan bahan yang baik dan tersedia disekitar
pagai selatan, dikerjakan secara bersama sama, aman terhadap bahaya dan ancaman
susulan. Proses huntara yang melibatkan masyarakat dari awal sampai ditempati. Tinggal
dihuntara dalam waktu yang lama, melebihi dari rentang waktu yang ditargetkan, telah
memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai media pemulihan transisi pasca gempa
tsunami 2010. Sampai saat ini, 9 dari 51 unit (17,6% ) huntara masih tetap digunakan oleh
masyarakat untuk dapur menyatu dengan huntap, 4 unit (7,8%) huntara difungsikan
sebagai gudang terpisah dengan dengan huntap, selebihnya sekitar 38 unit (74,5%) hanya
huntap tanpa huntara
Kata Kunci : Hunian Sementara, Hunian tetap, Dusun Kinumbuk dan Pemulihan
References
Anon, (2015) . Panduan Hunian PMI ;
Edisi I. Palang Merah
Indonesia , Jakarta, 2013.
Anon, (2015) . Transitional shelters-
Eight designs : International
Federation of the Red Cross
and Red Crescent Societies
(IFRC), 2011
Anon, (2015) . The Sphere Project:
Humanitarian Charter and
Minimum Standards in
Humanitarian Response
(Third edition) 2011
Anon, (2015) . Undang-Undang No 24
Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
Arikunto, Suharsimi, (1991), Manajemen
Penelitian, Jakarta, Rineka
Cipta.
Anon. (2011). Upaya Pemukiman
Transisi Pasca Bencana.
HRC, Huntara Merapi.
Santoso, Singgih,(2002). Mengolah Data
Statistik Secara Profesional,
Jakarta, PT. Elek Media
Komputindo.
Eva Rita, hidayatul irwan, Nasfryzal
Carlo, (2015), Dampak
Kebijakan Pemerintah